Percuma, Untuk Apa, Tidak Peka

Diposting oleh Unknown di Kamis, September 26, 2013 0 komentar


Ada hari ketika kamu sudah lelah menahan semuanya, menahan keinginan untuk mengungkap harapan, menekan ego yang melambung tak terelakkan. Banyak sekali yang ingin diutarakan; rindu, ingin disayang, ingin disanjung, tetapi kemudian stok 'turunin gengsi' yang kamu punya sudah habis. Seluruhnya.

Ada hari ketika akhirnya memutuskan untuk berhenti meminta, pun mengharap. Lalu bergegas menghentikan laju keinginan yang ada. Percuma, untuk apa, tidak peka. Dan kemudian tersadar, mau sampai kapan mati-matian 'nurunin gengsi' demi mendapatkan sesuatu yang seharusnya tak perlu diminta. Untuk apa bela-belain mengatakan semua yang dirasa, itu hanya mengurangi harga diri yang dipunya. Percuma, untuk apa, tidak peka.

Ada hari dimana hati terlalu sesak karena emosi, sehingga bukan lagi oksigen yang dihirup, melainkan kecewa. Hati, yang entah terbuat dari apa, bisa begitu hebat meredam rasa sakit lalu berpura-pura semua baik saja. Padahal sebenarnya begitu banyak menyimpan luka dan kecewa. Hati tak sepantasnya dihukum seperti terdakwa. Hingga sadar sudah terlalu lama merelakan hati tertusuk duri yang dibuat sendiri. Sekarang tidak perlu lagi menguat-nguatkan hati.

Ada hari ketika permohonan maaf tidaklah berkenan di hati, sama sekali. Percuma, untuk apa, tidak peka. Terlalu pandai merangkai maaf, tapi tak cukup pintar memperbaiki. Yang ada malah berusaha membuat janji palsu baru, kemudian mengingkarinya (lagi). Percuma, untuk apa, tidak peka.

Ada hari ketika tidak tahu lagi harus berbuat apa, mengatakan apa, dan yang bersisa hanya... hampa.

MENCINTAI DALAM DIAM

Diposting oleh Unknown di Kamis, September 26, 2013 0 komentar
       Entah kenapa, aku lebih senang mencintaimu dalam diam. Aku merasa nyaman mencintaimu dalam jarak. Tenang tapi tersiksa mencintaimu dalam perih. Aku tak menuntutmu untuk mencintaiku sampai mati, tapi jika sudah lelah dengan rasa ini, katakan dan aku akan menerimanya. Ikhlas dan tulus. 
        Karena rasa ini diciptakan untuk mereka yang memang menginginkannya saja, bukan paksaan. Benar sayang? Tapi dalam jarak yang terbilang jauh ini, kau merusak semuanya. Mengahancurkannya dalam sekejap, meruntuhkannya dengan gampang, dengan santai tanpa rasa takut. Kenapa tidak kau lepas dulu saja aku? Kenapa melakukannya saat kita masih bersama? Tak kau pikirkan rasa sakit yang akan aku tanggung? Kamu egois sayang, ya kamu egois. Maaf aku mengatakannya. Tapi kamu benar-benar tak peduli setiap detik dimana nafas yang berhembus ini mengatakan betapa aku merindumu, betapa aku ingin memelukmu, dan betapa aku ingin merapatkan tiap daratan untuk kita bisa saling bersua. Aku menangis dalam tawaku, aku terluka dalam kata “Aku mencintaimu dengan sepenuh hatiku”.
       Aku tau, aku terlalu bodoh untuk tetap mencintai laki-laki yang sudah dengan nyatanya menyakitiku. Tapi mau kau apakan rasa cinta ini? Mau kau kemanakan rasa sayang yang sudah terlalu kuat ini? Terlalu susah untuk melepasmu, melepas kenangan, apalagi menghapus rasa. Ini perih tapi aku menikmatinya. Ini sakit tapi aku menerimanya. Aku menyukai mencintaimu dalam luka yang terbilang ganas.
       Jarak, itu masalahnya bukan? Aku disni, dan kau disana. Kita hanya bisa bercumbu lewat kata, memeluk lewat doa,  merindu dalam bayangan, tapi bukankah dulu kita sama-sama menyukai berjanji untuk saling menunggu? Bukankah setia yang selalu kau katakan untuk meyakinkan aku? Bukankah dirimu hanya untukku? Bukankah kata “KITA SELAMANYA” punya arti mendalam untuk kita?  Bukankah begini, bukankah begitu sayang? Seharusnya tidak seperti ini kan?
       Tak bisa kulukiskan rasa ini. Perasaan dengan mudahnya aku disakiti tapi aku masih dengan tulus mencintai. Kata orang-orang aku terlalu goblok untuk digobloki. Aku paham, tapi sekali lagi aku menyukai mencintaimu dalam luka.
       Aku masih mencintaimu, entah sampai kapan. Hanya beda, sekarang kau bebas lepas pergi mencari yang lain. Tak akan kularang, tak akan ku tahan, ini kata-kata bohong bahwa AKU BAHAGIA JIKA KAU MENDAPATKAN YANG LEBIH BAIK DARI AKU. Karena akulah yang terbaik dan kau hanya pantas bersamaku. Tapi tak akan aku buka hati ini lagi, cukup sekali. Dan kututup selamanya, untuk dirimu dan untuk siapapun. Biarkan aku mencintaimu dalam diam, dalam jarak, dan dalam luka.

Agar Kamu Baik-Baik Saja Disana

Diposting oleh Unknown di Minggu, September 22, 2013 0 komentar

Karena setiap orang akan dilupakan. tidak peduli bagaimana kamu, secinta apapun orang-orang disekelilingmu padamu, kelak mereka akan menata hidup dan berjalan kedepan setelah kamu pergi. Mereka masih hidup dan waktu masih berjalan. Mereka tidak bisa terus menangisi dan berhenti ketika kamu pergi.


Karena di setiap bulir air mata, ada doa yang memancar agar mereka akan baik-baik saja. Manusia memiliki kemampuan untuk beradaptasi. Cepat atau lambat, setelah kepergianmu, mereka akan beradaptasi dengan ketiadaanmu. Mereka akan mulai melakukan semua hal secara normal tanpa kamu, mereka akan tersenyum seperti sediakala seperti saat ada kamu. Semuanya akan berjalan normal dengan perlahan.

Karena disetiap tapak ada jejak. Yang terpenting setelah kamu pergi adalah, bagaimana sebuah jejak kaki bisa menghantarkan kamu sebagai memory yang tidak bisa dihapus filenya. Menjadikan kamu ‘ada’ untuk selamanya. Karena yang terpenting dari hidup adalah ketika kamu memberi, dan membiarkan jejak kaki mengukir menjadi setitik tinta di kertas kosong kenangan.

Karena hidup terus berlanjut. Tidak perduli kamu bagaimana, sedang apa, seperti apa. semua orang akan beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Segalanya akan kembali normal. Ada, atau ketidakberadaan dirimu setiap waktu disela senyum dan tangis mereka.

Kita tidak bisa menjanjikan raga ini akan tetap utuh. Keberadaannya hanya sebagai simbolik. Tapi yang terpenting dari semua ini adalah, bagaimana mereka mengingatmu. Segalanya akan kembali normal, bahkan ketika kamu pergi, secara perlahan. Yang terpenting adalah, bagaimana kamu menjadi bagian dari setiap doa disetiap sujud mereka, bagaimana kamu menjadi lebih dicintai karena ada atau tidak adanya kamu, air mata masih menjadi saksi atas segala harap yang terpilin ke langit untuk tuhan jadikan -agar kamu baik-baik saja disana- sebagai takdir.


Karena setiap doa adalah harapan, dan setinggi-tingginya cinta adalah ketika kamu mendoakan orang yang kamu cintai, agar tuhan memeluknya dengan kasih, percaya bahwa kamu baik-baik saja disana. Seperti air mata ibu yang menjadi saksi, bahwa sejauh apapun kamu pergi, disetiap bulirnya ada -agar kamu baik-baik saja disana- disetiap sujudnya, tanpa jeda.

“Pameran"

Diposting oleh Unknown di Minggu, September 22, 2013 0 komentar
“Kamu boleh nangis sesuka kamu.
Karena aku tau memarmu memang benar-benar lebam. 
Tapi, suatu hari kamu harus bangun, lupakan dia, dan sadar kalau jalanmu masih panjang.”
“Tapi sakit…”
“Iya, memang sakit. Biar aja luka kamu disembuhkan oleh waktu.”
“Waktu juga gak bakal bisa. Kamu gak usah sok tau, kamu gak tau rasanya waktu kamu ditinggal pergi “
“Anggap aja dia pergi cuma sebentar.”
“Enggak, dia udah bener-bener pergi.”
“Ayo ikut aku.”
“Kemana?”
“Pameran patah hati.”
“Hah?”

Tadi siang aku mengunjungi pameran patah hati.
Bukan lukisan yang terpajang dipameran itu jika kamu tahu.
Bukan juga siluet atau patung yang terpajang indah.
Pameran dengan skenario buatan semesta dan Tuhan.
Iya, aku melihat wajah-wajah kehilangan di tempat itu.
Tangis, doa, harap dan kehilangan yang menyeruak di hati para pengunjungnya.
tentu kau tahu. Ya, pemakaman umum.
Tempat dimana aku sadar banyak sekali orang yang mengalami patah hati lebih sakit daripada aku.
Tempat dimana para pengunjungnya hanya bisa bertemu di dalam doa.
Dan aku sadar, aku hanya sebagian kecil dari mereka.
Terimakasih telah menyadarkanku, bahwa perpisahan itu pasti mengiringi setiap pertemuan.

Pria dalam Pelukku

Diposting oleh Unknown di Sabtu, September 21, 2013 0 komentar

PRIA DALAM PELUKKU :)


Dia selalu memelukku seperti ini. Dengan lengan yang begitu lekat dan hangat, sampai bibirku tak mampu lagi ceritakan luka yang kurasakan. Pelukan itu menjalar hingga ke sudut-sudut hati yang sempat dingin oleh pengabaiannya. Ia mengecup puncak kepalaku dengan lembut berkali-kali, dan kala itu aku hanya terdiam; tak banyak bicara- karena pelukan sudah jelaskan segalanya. Tentu saja tak ada lagi air mata, karena desah napasnya yang sejak tadi berembus menyentuh rambutku... benar-benar membuatku terasa aman dan terlindungi; walau hanya detik saja, aku benar-benar merasa bahagia.

Di malam sedingin ini, saat dia semakin eratkan peluknya, lagi-lagi dia bercerita tentang kita. Kita yang selalu saja terlupakan olehnya, kita yang sebenarnya tak pernah ada, kita yang sebabkan luka namun tak ingin mengobatinya bersama-sama. Aku tak banyak berkomentar, ketika tawa renyahnya kembali mereka-reka bayang semu. Kubayangkan tubuhnya yang tak akan pernah jauh dari pandangan. Kudekap hangat dadanya, tenggelam sangat lama di sana. Sayangnya, hanya bayangan yang tak akan mencapai kenyataan.

Aku menengadahkan wajah, menatap matanya dalam-dalam. Tak kutemukan cahaya di mata itu, hanya kekosongan, juga kegelapan. Apa yang kuharapkan dari sosok yang tak pernah berikan aku jawaban?

Kuberanikan diri menjauh, membenarkan posisi tidurku. Ia memasang wajah bingung ketika tubuhku tak lagi lekat dengan tubuhnya. Aku berbalik badan, ia bergerak cepat; memelukku dari belakang.

"Ada apa?"

"Ada apa? Harusnya aku yang bertanya."

"Ada nada menyebalkan dalam ucapanmu."

"Kenapa baru datang?"

Dia terdiam. Selalu saja terdiam, tak bisa memberi tanggapan.

"Salahkah jika aku bertanya? Ke mana saja selama ini?"

"Aku baru punya waktu saat ini. Maafkan aku..."

"Maaf yang kesekian kali!"

"Kali ini yang terakhir."

"Kalimat itu sudah kauucapkan saat terakhir kita bertemu. Sebulan yang lalu!"

Dia melepaskan peluknya, dan menjauhi tubuhku. Aku menarik selimut, karena ternyata malam semakin dingin dan nyatanya ia tak lagi memelukku. Jemariku kuat-kuat memeluk guling, berusaha mencari kekuatan di sana; dan seseorang di sampingku masih terdiam... sedang berdialog dengan kata hatinya sendiri.

"Harusnya, kau tak perlu datang jika untuk pergi lebih lama lagi."

Tiba-tiba, ia memeluk tubuhku lebih kencang dari belakang. Menggelitiki tengkuk leherku dengan sangat bringas. Aku berbalik ke arahnya, dan membiarkan bibirnya menyesap bibirku. Kupejamkan mata, dan kubiarkan lidahnya menari-nari di lidahku. Kubiarkan ia tenggelam lebih lama, dalam pejaman mata, tanpa kata, cukup dengan sentuhan- kita benar-benar menyatu. Sejauh ini, itulah yang kurasakan, meskipun ia tak pernah benar-benar tinggal.

Ia tak lagi melumat bibirku, ia letakkan rasa lelahnya dengan memelukku. Aku merancau, berkata-kata dengan cepat, tak peduli dia menyimak perkataanku atau hanya sekadar mendengarkan dan menganggapnya angin lalu.

Tak ada jawaban dari keresahan yang kuungkapkan. Aku tahu, aku murahan. Aku tak punya apapun yang pantas kubanggakan. Aku terlanjur hina. Semua orang menganggapku sampah, tapi dia memandangku dari sisi berbeda; aku jatuh cinta.

Dia satu-satunya yang menjadikanku berlian dalam kubangan. Ia mengubahku menjadi bintang dalam dinginnya malam. Dia menemukanku dalam posisiku yang terjatuh, terjungkal sangat dalam di jurang pelampiasan. Ia menarik tanganku, memelukku dengan hangat- pelukan yang tak pernah kurasakan sebelumnya. Akhirnya, ia memilikiku, walaupun aku tak bisa memiliki dia seutuhnya.

"Jangan pergi." tangisku mengalir membasahi pipinya.

Terdiam. Dia sama sekali tak bereaksi.

"Jangan pergi. Tetaplah di sini." ulangku lebih keras lagi.

Ia masih terdiam, tak menjawab.

"Jangan pergi. Tetaplah di sini. Aku manusia yang paling butuh kamu."

Kueratkan pelukku, tangisku pecah di bahunya; namun ia tertidur pulas dalam pelukku.

Di ujung malam, mendekati pagi; dia akan pergi lagi. Menghampiri setumpuk pekerjaan dan masa depan yang ingin ia raih.

Aku sendiri.

Selamanya...  :)

Sampai Yang Tidak Mungkin Menjadi Mungkin

Diposting oleh Unknown di Selasa, September 17, 2013 0 komentar

Postingan ini co-pas dari novel "Dear Zarry's" oleh Zarry Hendrik.

"Sekalipun beruang kutub paru-paru basah atau jerapah radang tenggorokannya, aku akan tetap menetapkanmu diatas tahta dalam hatiku."

"Aku tidak akan meninggalkanmu, sekalipun monyet jatuh cinta kepada kutu dan kutu itu pernah sakitb hati kepada pegawai salon."

"Sampai bakwan menjadi mahal dan ikan lele mencukur kumisnya, aku akan selalu selama hidup, mencintaimu sampai ku mati."

"Aku akan selalu mencintaimu sampai unta hehidrasi dan, kelelawar masuk angin dan kucing komplek mendadak asma."

"Terserah bila rambut Bob Marley menjadi lurus atau Mario Teguh memakai daster, hanya kaulah pusat pemikiranku, tambatan perasaanku."

"Sampai mesin bajaj sekolah vokal dan supir kopaja menjadi pembalap, kiranya kita terus bersama, teguh dalam mencinta dan saling mendoakan."

"Aku tidak peduli bila ada tikus kena ambeyen atau kecoak didapur menderita insomnia. Kaulah kepentinganku, ditiap gerak pada jam dinding."

"Sayang, kau tetap rasa kesukaanku, perasaan paling nikmat. Meski ikan teri menjadi sushi, walau Obama memakan jengkol."

"Sekalipun kodok berdiri tegak, atau cengcorang mendadak buncit, biarlah aku tetap menatapimu!"

"Kaulah pujaanku, tambatan perasaanku, sampai polisi tidur bisa menilang, sampai trenggiling bisa merokok."

"Meskipun Hilter saudara Jojon atau Sule dan Shakira sama-sama merawat rambut disatu salon, kaulau fenomena dalam rindu yang ku resapi."

"Aku tetap mencintaimu. Sampai bintang dilangit kena pemadaman bergilir dan kepiting dilaut mendadak mau belajar breakdance."

"Meskipun ikan paus mendadak diet, ditengah laut pakai rok mini, bahkan juga bisa mendesah, sayang, kaulah saja yang paling cantik."

"Aku tidak peduli bila Lady Gaga manggung di Inbox atau Radiohead perform di Dahsyat! Bagiku, suaramu saja yang paling nikmat di pagi hari."

"Aku tidak akan alih beralih dari apapun, sekalipun drakula kena sariawan dan udang dilaut bisa menari balet atau cicak didinding hobi karaoke."

"Aku akan selalu menjagamu. Sampai kecoak di dapur mengintrospeksi dirinya dan buaya di rawa-rawa mendadak cengeng. Sampai kapanpun!"

"Aku tidak perduli bila Thom Yorke memakai softlens atau Ebit G Ade suka R&B, asal kau tetap cinta disetiap nada degup jantungku, cukup."

"Aku akan tetap dan masih merindukanmu, sampai muka Nurdin kesenter bola, sampai FPI demo di Jepang dan Gayus main sinetron."

"Demi keceriaanmu, semampu dan sepenuh hati, aku akan terus melawak. Sampai Mpok Nori masuk majalah Playboy atau Bang Malih memakai behel."

"Sampai 711 ada di bulan, sampai alien gaul di Kemang dan di Pluto ada rave party, hatimu saja tempatku nongkrong!"

"Tidak peduli tentang Irfan Bachdim belum disunat atau Sandra Dewi masih perawan, segeralah memberi kabar, rinduku sudah dipangkal hati!"

"Aku tidak akan melupakanmu, sampai pohon kaktus kena HIV, sampai vampire kena DBD dan di Venus ada puskesmas."

"Meskipun burung gereja mogok berkicau dan Saiful jamil memakai hairspray, hanya kaulah yang sedang bahkan selalu kurasakan setiap hari."

"Sayangku, kaulah kenangan yang paling manis. Sekalipun Markus pernah dikepang atau Rihanna pernah mengojek payung."

"Meski Megan Fox missedcall melulu dan Katy Perry coment foto FB-ku, bahkan Taylor Swift tanya pin BB, kaulah saja yang paling penting."

"Aku akan tetap menulis sampai Hello kitty dilamar Doraemon, sampai Naruto nongkrong bareng Son Goku dan Detektif Conan jadi pencopet.

Pelangi Ini

Diposting oleh Unknown di Selasa, September 17, 2013 0 komentar


Ingat pelangi ini? Bercermin dan tersenyumlah.
Hari itu tidak hujan. Aku menengadahkan tangan untuk memastikan. Saat itu kamu datang menghampiriku. Langkah kakimu menggebu, seolah deretan kata dalam tenggorokanmu berdesakan ingin keluar. Terdorong barisan huruf membebani hati.
Aku tiup kursi usang penuh debu. Memastikannya cukup bersih untuk kamu duduki beserta bebanmu. Aku seketika mengubah diriku menjadi telinga. Aku berikan untukmu.
Semua gundah kamu lontarkan dalam bentuk frasa, kalimat, cerita. Tentangnya. Aku membaca petir di matamu. Akhirnya hujan turun. Aku menengadahkan tangan lagi ke langit, masih sama, langit masih ceria. Aku menengadahkan tangan ke pipimu, hujan air mata deras berjatuhan.
Aku sentuh pipi yang basah itu, hanya memastikan aku cukup basah untuk kehujanan di sana, bersamamu. Aku ulurkan tanganku. Kugapai tanganmu. Genggamanku tak sehangat sweater hasil rajutan nenek. Aku berusaha menyalakan tungku api di hatimu, dengan mengatakan, “Ada aku. Semuanya akan baik-baik saja,” lalu tersenyum.
Selengkung pelangi itu muncul. Setelah badai air mata, titik airnya disinari sorot mata cerahmu yang kembali benderang. Aku tak melihat hanya sekadar tujuh warna di sana. Jutaan? Ya, kalau aku tak buta warna.

Re-Post ( Kepada Perpisahan )

Diposting oleh Unknown di Kamis, September 12, 2013 0 komentar
Aku tidak cemas. masih beralaskan tempat tidur. Tidak cemas untuk segera bersiap. Tidak cemas untuk segera pergi, ke tempat pemberian ilmu (menurut mereka). Atau tempat mengumpulkan seikat kenangan dan kebersamaan berpadu, dibungkus senyuman (menurutku). Hari ini, aku tidak terburu waktu. Sudah terputar lagu Sheila On7 Ke-21 dikamarku, terdengar yang berjudul 'Sebuah Kisah Klasik'.
kali ini, aku mulai cemas.


Seperti sebuah tempat puzzle yang dinamakan kampus, yang hampa, kosong. Potongan-potongan puzzle itu telah pergi bertujuan harus mencari tempat hinggap baru. Menyesuaikan tempat hinggap baru. Sekalipun masih belum ingin berpindah.

Aku cemas, bagaimana harus mencari cara, tempat, tujuan, rasa, dan kebersamaan seperti ini pada hempasan lain.


 Kepada rasa perpisahan, aku takut kepadamu.

Masa Lalu ( Part II )

Diposting oleh Unknown di Rabu, September 11, 2013 0 komentar

Kadang hati nggak pernah peka terhadap sesuatu hal yang udah lama hancur, berantakan bahkan tak berbentuk lagi. Yang hati tau adalah, bagaimana kembali lagi pada masa itu, dimana semuanya menjadi penting, kenangan dan segala hal yang ada di dalamnnya.

Sebuah masa lalu bukan tempat berkumpulnya kembali, tapi disana hanya sebuah tempat untuk mengubur dalam-dalam tentang kenangan, pahit dan manis rasa, bukan untuk dikunjungi, lalu membuka kembali sesuatu hal yang udah lama terkubur. Kotak kenangan yang sudah terkubur hanya akan menimbulkan luka (lagi), ketika lo mencoba menggali dan membuka kunci pahit yang tertutup rapat.

Tapi segala hal tentang itu kadang nggak berarti lagi, hanya sebuah kata "kita bisa kok, kayak dulu lagi." sebuah ungkapan yang, yang menurut gue itu hanya sebuah harapan palsu, dan ketika harapan itu dianggap nyata, hanya sebuah luka (lagi).

"Masa lalu itu seperti puzzle, memang bisa dirapihkan lagi, tapi masih terlihat nyata retakan yang dibuatnya, nggak bisa sempurna."

Seorang teman pernah bertanya.

"Menurut lo, gue musti nemuin dia lagi?" kata dia sedari menyeruput teh hangat.

Gue melihat kearah jalan, lalu melihat kembali ke arahnya.

"Lo tahu konsep cinta? dimana keduanya saling membutuhkan, sekarang gue tanya. Lo masih dianggep nggak sama dia?" bales gue.

"Gue nggak tahu, tapi gue ngerasa udah beda aja, ya mungkin dia nggak butuh gue atau mungkin juga butuh, gue nggak tau."

"Dasarnya pengen ketemu itu apa?"

"Gue cuma kangen kok."

"Kangen aja itu, balik yang ketunda." kata gue sedari menyeruput susu jahe yang masih panas.

Sebenernya nggak ada yang salah kok dengan mencoba kembali pada masa lalu, tapi apakah harus dicoba lagi, setelah yakin benar-benar belum cocok, setelah yakin memang belum ada kecocokan setelah berakhirnya hubungan lalu.

"Coba aja ketemu, siapa tau nanti bisa jadian." kata gue cengengesan.

"Nggak mungkin deh, soalnya dia cuma beberapa bulan aja disini."

"Terus?"

"Gue nggak tau, nih."

"Sebuah kepulangan pasti akan ada sebuah kepergian lagi."

Dia cuma diem dan nggak ngejawab apa-apa.

Gue pernah mencoba kembali jalan-jalan dimasa lalu, mencoba melihat kembali sesuatu yang udah berantakan, dengan bertemu masa lalu lagi, gue berfikir apa mungkin selama perpisahan yang udah lebih dari tiga ratus tahun ini (oke yg ini gue lebay) semua yang dahulu udah berubah, dan ternyata memang belum berubah. Semua hal yang ngebuat hubungan ini berakhir masih sama, masih sama saat terakhir kali kita mengucap kata selesai.

Lalu gue sadar, jika sesuatu hal yang sudah berantakan, nggak seharusnya dirapihin lagi, gue jadi belajar untuk mencari ornament hati lain, untuk mengisi dinding kenangan yang porak-poranda diterjang badai luka, menata kembali semua yang hancur, tapi bukan dengan masa lalu. Masih banyak yang harus dicari dan dirapihkan, tentunya dimasa depan.

Diatas meja yang berisi dua cangkir minuman hangat dan beberapa roti bakar menemani obrolan kita malam ini, setelah itu kita kembali, kembali ke rumah masing-masing, sesampainya dirumah, gue merebahkan tubuh, menerawang ke langit-langit kamar dan gue yakin apa yang harus gue lakukan untuk obrolan penting bersama teman malam ini.

"Cinta itu bukan untuk kembali atau menunggu, melainkan mencari sesuatu yang sudah menunggu"

Udah ye, segitu doang dulu...
Selamat malam readers.. 
*cium atu-atu*

PAUSE * Ketika Waktu Berhenti dan Kembali Ke Masalalu

Diposting oleh Unknown di Sabtu, September 07, 2013 1 komentar
Sudah satu tahun berlalu, gue jadi terharu, segitu mellow kah dulu?? perasaan gue ngejalaninnya santai aja, tapi kenapa tulisan yang dihasilkan agak bernada "ababil"? entahlah.. 

Mei 2012

         Jangan tanyakan, bagaimana aku bertahan disini tanpa kamu. Sebenarnya tidak sulit. Bukan hal baru lagi buatku. Tanpa  rindu yang terucap, hari hariku lalui dengan pertanyaan pertanyaan menjebak. Apakah sudah bosan? Aku salah apa? Dia mulai tidak nyaman? dan semua jawaban hanya menyakiti aku. Jadi, kembalilah diam. Tak usah berspekulasi banyak akan masalah ini. Kembalilah diam. Jangan pertanyakan keberadaan aku dalam hidupnya.

        Dari sisi aku, soal perasaan masih jadi pertanyaan. Ia tumbuh meski tanpa akar. Beberapa kali aku meyakinkan diri bahwa ini memang rasa yang sama, bukan paksaan, bukan sekedar penghilang bosan. Dan aku menikmati kebersamaan itu. 

       Menjalani kewajiban atas nama memanfaatkan. Oh, bukan. tepatnya kewajiban untuk tidak menyia nyiakan orang yang mencintai. itulah yang sedang aku jalani. Segala sesuatunya berjalan manis. aku suka perhatian yang wajar. Yes, he did it verywell. tidak lbay. dan lagi aku terjebak dalam euforia bersamanya.   

        Namun ketika semua mulai diuji, rasa yang tanpa akar sangatlah rentan. Masa masa sulit membuat aku merasa berasa disaat sebelum dia datang. Tak ada beda, mungkin lebih parah. Aku menunggu, selalu menunggu dalam diam. mencoba beberapa pertanyaan lagi yang menyakitkan. Ketika aku sadar, banyak yang berubah. Aku sudah tidak diinginkan. Terjadilah :)

       Dia terlalu sibuk dengan dunianya. (bukti bahwa aku tidak menyatu). Perhatian adalah permintaan terakhir. Dia tidak penuhi. Banyak urusan yang lebih penting (bukti bahwa aku bukan seseorang yang penting baginya). Bukankah yang dibutuhkan sebuah pengakuan bahwa anda penting? anda berarti? Dia mengabaikan itu. yasudah, lupakan saja lanjutannya.

       Masalah masalah sepele yang hanya diakhiri maaf ternyata masih menumpuk dihatinya. Sebelum aku ingin akhiri, dia memuntahkan segalanya. Hah?? terbalik sekarang. Siapa sebenarnya yang suka mengungkit masalah?

       Tersadar, aku kembali realistis. Apa yang dicari dari sebuah hubungan? dari pacaran? cuma satnite, morning call, gudnite call. Dan aku tak dapatkan itu lagi. So, buat apa bertahan jika tujuanmu tidak terpenuhi.

Diambil dari diary 26 Mei

            Ternyata itu emang lastdate ya. tiga mingu yang lalu, Saat saat terakhir aku nyium aroma shampo dari rambut separo basah kamu, aroma pelembut pakaian yang dipakai mama kamu. Dan bodohnya aku ketahuan menikmati semua itu. hahaha. Hari itu kita masih sangat muda. tertawa walau udah kena tilang, dengan alasan bolos jemput laudry dan kita ga pake helm. Aku ingat kamu yang sok hebat berdebat, yaudah! bayar aja toh mereka maunya duit. 

           Aku ingat kamu ngajak jalan ke daerah kompleks perumahan, dan aku mupeng liat rumah dengan gazebo di atapnya. Kita ngarang bebas menghayal alasan aneh minta izin sama pemilik rumah. Gila aja, kamu bilang itu permintaan terakhir, aku mengidap penyakit mematikan dan usia ku tinggal beberapa bulan, tadi aja kita gak ada salah malah minta tilang, hahahahaahaha itu gokil banget. Karangan bebas kamu.

         Hari ini, aku embali mengingat semuanya dengan terang. diluar kebersamaan kita yang masih hitungan hari, semua harus berakir lagi. Positifnya saja : paling tidak kita bisa berteman. dan aku punya gambaran dua orang yang pernah menjalin rasa denganku. 

Pasca End


        Mulai tersenyum lagi menjalani hari yang monoton. Benar kata dia. Hidupku memang kurang warna. membosankan dan yaah tak pantas diperjuangkan. Sekali lagi, aku bangkit menata schedul. tidak ada lagi satnite, tak ada lagi nge date, tak ada lagi observasi kampus kampus, tak ada lagi hunting tempat makan. Dan mulai mencoret 9 daftar destinasi untuk tiga bulan kedepan. 

      Tidak butuh waktu lama dia melupakan semua. Waktu termasuk orang ke dua puluhan. tertawa membayangkan. how can?? ups, huh, bukan. hanya saja tidak percaya. Oke, aku sibuk. cukup! bye!
Untuk semuanya hanya dibutuhkan keyakinan!

      Percaya atau tidak, kembali ke masa lalu. gue pernah nulis kalo hubungan ini gak akan bertahan lama. Yipi, jadilah nyata. I swear. itu semua karena gue gak yakin. How far the future treat yourlife?  naaah ini yang mesti gue edit. bayangan akan ada yang lebih dari yang sedang gue jalani membuat keyakinan itu menjadi jadi. yah, percayalah. kalo kalian yakin semua pasti akan berjalan semestinya. *oalaaah, ngomong opo toh??
haha...
Selamat hari minggu semuanyaaaa :)
*cium atu-atu...

Kamis, 26 September 2013

Percuma, Untuk Apa, Tidak Peka



Ada hari ketika kamu sudah lelah menahan semuanya, menahan keinginan untuk mengungkap harapan, menekan ego yang melambung tak terelakkan. Banyak sekali yang ingin diutarakan; rindu, ingin disayang, ingin disanjung, tetapi kemudian stok 'turunin gengsi' yang kamu punya sudah habis. Seluruhnya.

Ada hari ketika akhirnya memutuskan untuk berhenti meminta, pun mengharap. Lalu bergegas menghentikan laju keinginan yang ada. Percuma, untuk apa, tidak peka. Dan kemudian tersadar, mau sampai kapan mati-matian 'nurunin gengsi' demi mendapatkan sesuatu yang seharusnya tak perlu diminta. Untuk apa bela-belain mengatakan semua yang dirasa, itu hanya mengurangi harga diri yang dipunya. Percuma, untuk apa, tidak peka.

Ada hari dimana hati terlalu sesak karena emosi, sehingga bukan lagi oksigen yang dihirup, melainkan kecewa. Hati, yang entah terbuat dari apa, bisa begitu hebat meredam rasa sakit lalu berpura-pura semua baik saja. Padahal sebenarnya begitu banyak menyimpan luka dan kecewa. Hati tak sepantasnya dihukum seperti terdakwa. Hingga sadar sudah terlalu lama merelakan hati tertusuk duri yang dibuat sendiri. Sekarang tidak perlu lagi menguat-nguatkan hati.

Ada hari ketika permohonan maaf tidaklah berkenan di hati, sama sekali. Percuma, untuk apa, tidak peka. Terlalu pandai merangkai maaf, tapi tak cukup pintar memperbaiki. Yang ada malah berusaha membuat janji palsu baru, kemudian mengingkarinya (lagi). Percuma, untuk apa, tidak peka.

Ada hari ketika tidak tahu lagi harus berbuat apa, mengatakan apa, dan yang bersisa hanya... hampa.

MENCINTAI DALAM DIAM

       Entah kenapa, aku lebih senang mencintaimu dalam diam. Aku merasa nyaman mencintaimu dalam jarak. Tenang tapi tersiksa mencintaimu dalam perih. Aku tak menuntutmu untuk mencintaiku sampai mati, tapi jika sudah lelah dengan rasa ini, katakan dan aku akan menerimanya. Ikhlas dan tulus. 
        Karena rasa ini diciptakan untuk mereka yang memang menginginkannya saja, bukan paksaan. Benar sayang? Tapi dalam jarak yang terbilang jauh ini, kau merusak semuanya. Mengahancurkannya dalam sekejap, meruntuhkannya dengan gampang, dengan santai tanpa rasa takut. Kenapa tidak kau lepas dulu saja aku? Kenapa melakukannya saat kita masih bersama? Tak kau pikirkan rasa sakit yang akan aku tanggung? Kamu egois sayang, ya kamu egois. Maaf aku mengatakannya. Tapi kamu benar-benar tak peduli setiap detik dimana nafas yang berhembus ini mengatakan betapa aku merindumu, betapa aku ingin memelukmu, dan betapa aku ingin merapatkan tiap daratan untuk kita bisa saling bersua. Aku menangis dalam tawaku, aku terluka dalam kata “Aku mencintaimu dengan sepenuh hatiku”.
       Aku tau, aku terlalu bodoh untuk tetap mencintai laki-laki yang sudah dengan nyatanya menyakitiku. Tapi mau kau apakan rasa cinta ini? Mau kau kemanakan rasa sayang yang sudah terlalu kuat ini? Terlalu susah untuk melepasmu, melepas kenangan, apalagi menghapus rasa. Ini perih tapi aku menikmatinya. Ini sakit tapi aku menerimanya. Aku menyukai mencintaimu dalam luka yang terbilang ganas.
       Jarak, itu masalahnya bukan? Aku disni, dan kau disana. Kita hanya bisa bercumbu lewat kata, memeluk lewat doa,  merindu dalam bayangan, tapi bukankah dulu kita sama-sama menyukai berjanji untuk saling menunggu? Bukankah setia yang selalu kau katakan untuk meyakinkan aku? Bukankah dirimu hanya untukku? Bukankah kata “KITA SELAMANYA” punya arti mendalam untuk kita?  Bukankah begini, bukankah begitu sayang? Seharusnya tidak seperti ini kan?
       Tak bisa kulukiskan rasa ini. Perasaan dengan mudahnya aku disakiti tapi aku masih dengan tulus mencintai. Kata orang-orang aku terlalu goblok untuk digobloki. Aku paham, tapi sekali lagi aku menyukai mencintaimu dalam luka.
       Aku masih mencintaimu, entah sampai kapan. Hanya beda, sekarang kau bebas lepas pergi mencari yang lain. Tak akan kularang, tak akan ku tahan, ini kata-kata bohong bahwa AKU BAHAGIA JIKA KAU MENDAPATKAN YANG LEBIH BAIK DARI AKU. Karena akulah yang terbaik dan kau hanya pantas bersamaku. Tapi tak akan aku buka hati ini lagi, cukup sekali. Dan kututup selamanya, untuk dirimu dan untuk siapapun. Biarkan aku mencintaimu dalam diam, dalam jarak, dan dalam luka.

Minggu, 22 September 2013

Agar Kamu Baik-Baik Saja Disana

Karena setiap orang akan dilupakan. tidak peduli bagaimana kamu, secinta apapun orang-orang disekelilingmu padamu, kelak mereka akan menata hidup dan berjalan kedepan setelah kamu pergi. Mereka masih hidup dan waktu masih berjalan. Mereka tidak bisa terus menangisi dan berhenti ketika kamu pergi.


Karena di setiap bulir air mata, ada doa yang memancar agar mereka akan baik-baik saja. Manusia memiliki kemampuan untuk beradaptasi. Cepat atau lambat, setelah kepergianmu, mereka akan beradaptasi dengan ketiadaanmu. Mereka akan mulai melakukan semua hal secara normal tanpa kamu, mereka akan tersenyum seperti sediakala seperti saat ada kamu. Semuanya akan berjalan normal dengan perlahan.

Karena disetiap tapak ada jejak. Yang terpenting setelah kamu pergi adalah, bagaimana sebuah jejak kaki bisa menghantarkan kamu sebagai memory yang tidak bisa dihapus filenya. Menjadikan kamu ‘ada’ untuk selamanya. Karena yang terpenting dari hidup adalah ketika kamu memberi, dan membiarkan jejak kaki mengukir menjadi setitik tinta di kertas kosong kenangan.

Karena hidup terus berlanjut. Tidak perduli kamu bagaimana, sedang apa, seperti apa. semua orang akan beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Segalanya akan kembali normal. Ada, atau ketidakberadaan dirimu setiap waktu disela senyum dan tangis mereka.

Kita tidak bisa menjanjikan raga ini akan tetap utuh. Keberadaannya hanya sebagai simbolik. Tapi yang terpenting dari semua ini adalah, bagaimana mereka mengingatmu. Segalanya akan kembali normal, bahkan ketika kamu pergi, secara perlahan. Yang terpenting adalah, bagaimana kamu menjadi bagian dari setiap doa disetiap sujud mereka, bagaimana kamu menjadi lebih dicintai karena ada atau tidak adanya kamu, air mata masih menjadi saksi atas segala harap yang terpilin ke langit untuk tuhan jadikan -agar kamu baik-baik saja disana- sebagai takdir.


Karena setiap doa adalah harapan, dan setinggi-tingginya cinta adalah ketika kamu mendoakan orang yang kamu cintai, agar tuhan memeluknya dengan kasih, percaya bahwa kamu baik-baik saja disana. Seperti air mata ibu yang menjadi saksi, bahwa sejauh apapun kamu pergi, disetiap bulirnya ada -agar kamu baik-baik saja disana- disetiap sujudnya, tanpa jeda.

“Pameran"

“Kamu boleh nangis sesuka kamu.
Karena aku tau memarmu memang benar-benar lebam. 
Tapi, suatu hari kamu harus bangun, lupakan dia, dan sadar kalau jalanmu masih panjang.”
“Tapi sakit…”
“Iya, memang sakit. Biar aja luka kamu disembuhkan oleh waktu.”
“Waktu juga gak bakal bisa. Kamu gak usah sok tau, kamu gak tau rasanya waktu kamu ditinggal pergi “
“Anggap aja dia pergi cuma sebentar.”
“Enggak, dia udah bener-bener pergi.”
“Ayo ikut aku.”
“Kemana?”
“Pameran patah hati.”
“Hah?”

Tadi siang aku mengunjungi pameran patah hati.
Bukan lukisan yang terpajang dipameran itu jika kamu tahu.
Bukan juga siluet atau patung yang terpajang indah.
Pameran dengan skenario buatan semesta dan Tuhan.
Iya, aku melihat wajah-wajah kehilangan di tempat itu.
Tangis, doa, harap dan kehilangan yang menyeruak di hati para pengunjungnya.
tentu kau tahu. Ya, pemakaman umum.
Tempat dimana aku sadar banyak sekali orang yang mengalami patah hati lebih sakit daripada aku.
Tempat dimana para pengunjungnya hanya bisa bertemu di dalam doa.
Dan aku sadar, aku hanya sebagian kecil dari mereka.
Terimakasih telah menyadarkanku, bahwa perpisahan itu pasti mengiringi setiap pertemuan.

Sabtu, 21 September 2013

Pria dalam Pelukku

PRIA DALAM PELUKKU :)


Dia selalu memelukku seperti ini. Dengan lengan yang begitu lekat dan hangat, sampai bibirku tak mampu lagi ceritakan luka yang kurasakan. Pelukan itu menjalar hingga ke sudut-sudut hati yang sempat dingin oleh pengabaiannya. Ia mengecup puncak kepalaku dengan lembut berkali-kali, dan kala itu aku hanya terdiam; tak banyak bicara- karena pelukan sudah jelaskan segalanya. Tentu saja tak ada lagi air mata, karena desah napasnya yang sejak tadi berembus menyentuh rambutku... benar-benar membuatku terasa aman dan terlindungi; walau hanya detik saja, aku benar-benar merasa bahagia.

Di malam sedingin ini, saat dia semakin eratkan peluknya, lagi-lagi dia bercerita tentang kita. Kita yang selalu saja terlupakan olehnya, kita yang sebenarnya tak pernah ada, kita yang sebabkan luka namun tak ingin mengobatinya bersama-sama. Aku tak banyak berkomentar, ketika tawa renyahnya kembali mereka-reka bayang semu. Kubayangkan tubuhnya yang tak akan pernah jauh dari pandangan. Kudekap hangat dadanya, tenggelam sangat lama di sana. Sayangnya, hanya bayangan yang tak akan mencapai kenyataan.

Aku menengadahkan wajah, menatap matanya dalam-dalam. Tak kutemukan cahaya di mata itu, hanya kekosongan, juga kegelapan. Apa yang kuharapkan dari sosok yang tak pernah berikan aku jawaban?

Kuberanikan diri menjauh, membenarkan posisi tidurku. Ia memasang wajah bingung ketika tubuhku tak lagi lekat dengan tubuhnya. Aku berbalik badan, ia bergerak cepat; memelukku dari belakang.

"Ada apa?"

"Ada apa? Harusnya aku yang bertanya."

"Ada nada menyebalkan dalam ucapanmu."

"Kenapa baru datang?"

Dia terdiam. Selalu saja terdiam, tak bisa memberi tanggapan.

"Salahkah jika aku bertanya? Ke mana saja selama ini?"

"Aku baru punya waktu saat ini. Maafkan aku..."

"Maaf yang kesekian kali!"

"Kali ini yang terakhir."

"Kalimat itu sudah kauucapkan saat terakhir kita bertemu. Sebulan yang lalu!"

Dia melepaskan peluknya, dan menjauhi tubuhku. Aku menarik selimut, karena ternyata malam semakin dingin dan nyatanya ia tak lagi memelukku. Jemariku kuat-kuat memeluk guling, berusaha mencari kekuatan di sana; dan seseorang di sampingku masih terdiam... sedang berdialog dengan kata hatinya sendiri.

"Harusnya, kau tak perlu datang jika untuk pergi lebih lama lagi."

Tiba-tiba, ia memeluk tubuhku lebih kencang dari belakang. Menggelitiki tengkuk leherku dengan sangat bringas. Aku berbalik ke arahnya, dan membiarkan bibirnya menyesap bibirku. Kupejamkan mata, dan kubiarkan lidahnya menari-nari di lidahku. Kubiarkan ia tenggelam lebih lama, dalam pejaman mata, tanpa kata, cukup dengan sentuhan- kita benar-benar menyatu. Sejauh ini, itulah yang kurasakan, meskipun ia tak pernah benar-benar tinggal.

Ia tak lagi melumat bibirku, ia letakkan rasa lelahnya dengan memelukku. Aku merancau, berkata-kata dengan cepat, tak peduli dia menyimak perkataanku atau hanya sekadar mendengarkan dan menganggapnya angin lalu.

Tak ada jawaban dari keresahan yang kuungkapkan. Aku tahu, aku murahan. Aku tak punya apapun yang pantas kubanggakan. Aku terlanjur hina. Semua orang menganggapku sampah, tapi dia memandangku dari sisi berbeda; aku jatuh cinta.

Dia satu-satunya yang menjadikanku berlian dalam kubangan. Ia mengubahku menjadi bintang dalam dinginnya malam. Dia menemukanku dalam posisiku yang terjatuh, terjungkal sangat dalam di jurang pelampiasan. Ia menarik tanganku, memelukku dengan hangat- pelukan yang tak pernah kurasakan sebelumnya. Akhirnya, ia memilikiku, walaupun aku tak bisa memiliki dia seutuhnya.

"Jangan pergi." tangisku mengalir membasahi pipinya.

Terdiam. Dia sama sekali tak bereaksi.

"Jangan pergi. Tetaplah di sini." ulangku lebih keras lagi.

Ia masih terdiam, tak menjawab.

"Jangan pergi. Tetaplah di sini. Aku manusia yang paling butuh kamu."

Kueratkan pelukku, tangisku pecah di bahunya; namun ia tertidur pulas dalam pelukku.

Di ujung malam, mendekati pagi; dia akan pergi lagi. Menghampiri setumpuk pekerjaan dan masa depan yang ingin ia raih.

Aku sendiri.

Selamanya...  :)

Selasa, 17 September 2013

Sampai Yang Tidak Mungkin Menjadi Mungkin

Postingan ini co-pas dari novel "Dear Zarry's" oleh Zarry Hendrik.

"Sekalipun beruang kutub paru-paru basah atau jerapah radang tenggorokannya, aku akan tetap menetapkanmu diatas tahta dalam hatiku."

"Aku tidak akan meninggalkanmu, sekalipun monyet jatuh cinta kepada kutu dan kutu itu pernah sakitb hati kepada pegawai salon."

"Sampai bakwan menjadi mahal dan ikan lele mencukur kumisnya, aku akan selalu selama hidup, mencintaimu sampai ku mati."

"Aku akan selalu mencintaimu sampai unta hehidrasi dan, kelelawar masuk angin dan kucing komplek mendadak asma."

"Terserah bila rambut Bob Marley menjadi lurus atau Mario Teguh memakai daster, hanya kaulah pusat pemikiranku, tambatan perasaanku."

"Sampai mesin bajaj sekolah vokal dan supir kopaja menjadi pembalap, kiranya kita terus bersama, teguh dalam mencinta dan saling mendoakan."

"Aku tidak peduli bila ada tikus kena ambeyen atau kecoak didapur menderita insomnia. Kaulah kepentinganku, ditiap gerak pada jam dinding."

"Sayang, kau tetap rasa kesukaanku, perasaan paling nikmat. Meski ikan teri menjadi sushi, walau Obama memakan jengkol."

"Sekalipun kodok berdiri tegak, atau cengcorang mendadak buncit, biarlah aku tetap menatapimu!"

"Kaulah pujaanku, tambatan perasaanku, sampai polisi tidur bisa menilang, sampai trenggiling bisa merokok."

"Meskipun Hilter saudara Jojon atau Sule dan Shakira sama-sama merawat rambut disatu salon, kaulau fenomena dalam rindu yang ku resapi."

"Aku tetap mencintaimu. Sampai bintang dilangit kena pemadaman bergilir dan kepiting dilaut mendadak mau belajar breakdance."

"Meskipun ikan paus mendadak diet, ditengah laut pakai rok mini, bahkan juga bisa mendesah, sayang, kaulah saja yang paling cantik."

"Aku tidak peduli bila Lady Gaga manggung di Inbox atau Radiohead perform di Dahsyat! Bagiku, suaramu saja yang paling nikmat di pagi hari."

"Aku tidak akan alih beralih dari apapun, sekalipun drakula kena sariawan dan udang dilaut bisa menari balet atau cicak didinding hobi karaoke."

"Aku akan selalu menjagamu. Sampai kecoak di dapur mengintrospeksi dirinya dan buaya di rawa-rawa mendadak cengeng. Sampai kapanpun!"

"Aku tidak perduli bila Thom Yorke memakai softlens atau Ebit G Ade suka R&B, asal kau tetap cinta disetiap nada degup jantungku, cukup."

"Aku akan tetap dan masih merindukanmu, sampai muka Nurdin kesenter bola, sampai FPI demo di Jepang dan Gayus main sinetron."

"Demi keceriaanmu, semampu dan sepenuh hati, aku akan terus melawak. Sampai Mpok Nori masuk majalah Playboy atau Bang Malih memakai behel."

"Sampai 711 ada di bulan, sampai alien gaul di Kemang dan di Pluto ada rave party, hatimu saja tempatku nongkrong!"

"Tidak peduli tentang Irfan Bachdim belum disunat atau Sandra Dewi masih perawan, segeralah memberi kabar, rinduku sudah dipangkal hati!"

"Aku tidak akan melupakanmu, sampai pohon kaktus kena HIV, sampai vampire kena DBD dan di Venus ada puskesmas."

"Meskipun burung gereja mogok berkicau dan Saiful jamil memakai hairspray, hanya kaulah yang sedang bahkan selalu kurasakan setiap hari."

"Sayangku, kaulah kenangan yang paling manis. Sekalipun Markus pernah dikepang atau Rihanna pernah mengojek payung."

"Meski Megan Fox missedcall melulu dan Katy Perry coment foto FB-ku, bahkan Taylor Swift tanya pin BB, kaulah saja yang paling penting."

"Aku akan tetap menulis sampai Hello kitty dilamar Doraemon, sampai Naruto nongkrong bareng Son Goku dan Detektif Conan jadi pencopet.

Pelangi Ini


Ingat pelangi ini? Bercermin dan tersenyumlah.
Hari itu tidak hujan. Aku menengadahkan tangan untuk memastikan. Saat itu kamu datang menghampiriku. Langkah kakimu menggebu, seolah deretan kata dalam tenggorokanmu berdesakan ingin keluar. Terdorong barisan huruf membebani hati.
Aku tiup kursi usang penuh debu. Memastikannya cukup bersih untuk kamu duduki beserta bebanmu. Aku seketika mengubah diriku menjadi telinga. Aku berikan untukmu.
Semua gundah kamu lontarkan dalam bentuk frasa, kalimat, cerita. Tentangnya. Aku membaca petir di matamu. Akhirnya hujan turun. Aku menengadahkan tangan lagi ke langit, masih sama, langit masih ceria. Aku menengadahkan tangan ke pipimu, hujan air mata deras berjatuhan.
Aku sentuh pipi yang basah itu, hanya memastikan aku cukup basah untuk kehujanan di sana, bersamamu. Aku ulurkan tanganku. Kugapai tanganmu. Genggamanku tak sehangat sweater hasil rajutan nenek. Aku berusaha menyalakan tungku api di hatimu, dengan mengatakan, “Ada aku. Semuanya akan baik-baik saja,” lalu tersenyum.
Selengkung pelangi itu muncul. Setelah badai air mata, titik airnya disinari sorot mata cerahmu yang kembali benderang. Aku tak melihat hanya sekadar tujuh warna di sana. Jutaan? Ya, kalau aku tak buta warna.

Kamis, 12 September 2013

Re-Post ( Kepada Perpisahan )

Aku tidak cemas. masih beralaskan tempat tidur. Tidak cemas untuk segera bersiap. Tidak cemas untuk segera pergi, ke tempat pemberian ilmu (menurut mereka). Atau tempat mengumpulkan seikat kenangan dan kebersamaan berpadu, dibungkus senyuman (menurutku). Hari ini, aku tidak terburu waktu. Sudah terputar lagu Sheila On7 Ke-21 dikamarku, terdengar yang berjudul 'Sebuah Kisah Klasik'.
kali ini, aku mulai cemas.


Seperti sebuah tempat puzzle yang dinamakan kampus, yang hampa, kosong. Potongan-potongan puzzle itu telah pergi bertujuan harus mencari tempat hinggap baru. Menyesuaikan tempat hinggap baru. Sekalipun masih belum ingin berpindah.

Aku cemas, bagaimana harus mencari cara, tempat, tujuan, rasa, dan kebersamaan seperti ini pada hempasan lain.


 Kepada rasa perpisahan, aku takut kepadamu.

Rabu, 11 September 2013

Masa Lalu ( Part II )

Kadang hati nggak pernah peka terhadap sesuatu hal yang udah lama hancur, berantakan bahkan tak berbentuk lagi. Yang hati tau adalah, bagaimana kembali lagi pada masa itu, dimana semuanya menjadi penting, kenangan dan segala hal yang ada di dalamnnya.

Sebuah masa lalu bukan tempat berkumpulnya kembali, tapi disana hanya sebuah tempat untuk mengubur dalam-dalam tentang kenangan, pahit dan manis rasa, bukan untuk dikunjungi, lalu membuka kembali sesuatu hal yang udah lama terkubur. Kotak kenangan yang sudah terkubur hanya akan menimbulkan luka (lagi), ketika lo mencoba menggali dan membuka kunci pahit yang tertutup rapat.

Tapi segala hal tentang itu kadang nggak berarti lagi, hanya sebuah kata "kita bisa kok, kayak dulu lagi." sebuah ungkapan yang, yang menurut gue itu hanya sebuah harapan palsu, dan ketika harapan itu dianggap nyata, hanya sebuah luka (lagi).

"Masa lalu itu seperti puzzle, memang bisa dirapihkan lagi, tapi masih terlihat nyata retakan yang dibuatnya, nggak bisa sempurna."

Seorang teman pernah bertanya.

"Menurut lo, gue musti nemuin dia lagi?" kata dia sedari menyeruput teh hangat.

Gue melihat kearah jalan, lalu melihat kembali ke arahnya.

"Lo tahu konsep cinta? dimana keduanya saling membutuhkan, sekarang gue tanya. Lo masih dianggep nggak sama dia?" bales gue.

"Gue nggak tahu, tapi gue ngerasa udah beda aja, ya mungkin dia nggak butuh gue atau mungkin juga butuh, gue nggak tau."

"Dasarnya pengen ketemu itu apa?"

"Gue cuma kangen kok."

"Kangen aja itu, balik yang ketunda." kata gue sedari menyeruput susu jahe yang masih panas.

Sebenernya nggak ada yang salah kok dengan mencoba kembali pada masa lalu, tapi apakah harus dicoba lagi, setelah yakin benar-benar belum cocok, setelah yakin memang belum ada kecocokan setelah berakhirnya hubungan lalu.

"Coba aja ketemu, siapa tau nanti bisa jadian." kata gue cengengesan.

"Nggak mungkin deh, soalnya dia cuma beberapa bulan aja disini."

"Terus?"

"Gue nggak tau, nih."

"Sebuah kepulangan pasti akan ada sebuah kepergian lagi."

Dia cuma diem dan nggak ngejawab apa-apa.

Gue pernah mencoba kembali jalan-jalan dimasa lalu, mencoba melihat kembali sesuatu yang udah berantakan, dengan bertemu masa lalu lagi, gue berfikir apa mungkin selama perpisahan yang udah lebih dari tiga ratus tahun ini (oke yg ini gue lebay) semua yang dahulu udah berubah, dan ternyata memang belum berubah. Semua hal yang ngebuat hubungan ini berakhir masih sama, masih sama saat terakhir kali kita mengucap kata selesai.

Lalu gue sadar, jika sesuatu hal yang sudah berantakan, nggak seharusnya dirapihin lagi, gue jadi belajar untuk mencari ornament hati lain, untuk mengisi dinding kenangan yang porak-poranda diterjang badai luka, menata kembali semua yang hancur, tapi bukan dengan masa lalu. Masih banyak yang harus dicari dan dirapihkan, tentunya dimasa depan.

Diatas meja yang berisi dua cangkir minuman hangat dan beberapa roti bakar menemani obrolan kita malam ini, setelah itu kita kembali, kembali ke rumah masing-masing, sesampainya dirumah, gue merebahkan tubuh, menerawang ke langit-langit kamar dan gue yakin apa yang harus gue lakukan untuk obrolan penting bersama teman malam ini.

"Cinta itu bukan untuk kembali atau menunggu, melainkan mencari sesuatu yang sudah menunggu"

Udah ye, segitu doang dulu...
Selamat malam readers.. 
*cium atu-atu*

Sabtu, 07 September 2013

PAUSE * Ketika Waktu Berhenti dan Kembali Ke Masalalu

Sudah satu tahun berlalu, gue jadi terharu, segitu mellow kah dulu?? perasaan gue ngejalaninnya santai aja, tapi kenapa tulisan yang dihasilkan agak bernada "ababil"? entahlah.. 

Mei 2012

         Jangan tanyakan, bagaimana aku bertahan disini tanpa kamu. Sebenarnya tidak sulit. Bukan hal baru lagi buatku. Tanpa  rindu yang terucap, hari hariku lalui dengan pertanyaan pertanyaan menjebak. Apakah sudah bosan? Aku salah apa? Dia mulai tidak nyaman? dan semua jawaban hanya menyakiti aku. Jadi, kembalilah diam. Tak usah berspekulasi banyak akan masalah ini. Kembalilah diam. Jangan pertanyakan keberadaan aku dalam hidupnya.

        Dari sisi aku, soal perasaan masih jadi pertanyaan. Ia tumbuh meski tanpa akar. Beberapa kali aku meyakinkan diri bahwa ini memang rasa yang sama, bukan paksaan, bukan sekedar penghilang bosan. Dan aku menikmati kebersamaan itu. 

       Menjalani kewajiban atas nama memanfaatkan. Oh, bukan. tepatnya kewajiban untuk tidak menyia nyiakan orang yang mencintai. itulah yang sedang aku jalani. Segala sesuatunya berjalan manis. aku suka perhatian yang wajar. Yes, he did it verywell. tidak lbay. dan lagi aku terjebak dalam euforia bersamanya.   

        Namun ketika semua mulai diuji, rasa yang tanpa akar sangatlah rentan. Masa masa sulit membuat aku merasa berasa disaat sebelum dia datang. Tak ada beda, mungkin lebih parah. Aku menunggu, selalu menunggu dalam diam. mencoba beberapa pertanyaan lagi yang menyakitkan. Ketika aku sadar, banyak yang berubah. Aku sudah tidak diinginkan. Terjadilah :)

       Dia terlalu sibuk dengan dunianya. (bukti bahwa aku tidak menyatu). Perhatian adalah permintaan terakhir. Dia tidak penuhi. Banyak urusan yang lebih penting (bukti bahwa aku bukan seseorang yang penting baginya). Bukankah yang dibutuhkan sebuah pengakuan bahwa anda penting? anda berarti? Dia mengabaikan itu. yasudah, lupakan saja lanjutannya.

       Masalah masalah sepele yang hanya diakhiri maaf ternyata masih menumpuk dihatinya. Sebelum aku ingin akhiri, dia memuntahkan segalanya. Hah?? terbalik sekarang. Siapa sebenarnya yang suka mengungkit masalah?

       Tersadar, aku kembali realistis. Apa yang dicari dari sebuah hubungan? dari pacaran? cuma satnite, morning call, gudnite call. Dan aku tak dapatkan itu lagi. So, buat apa bertahan jika tujuanmu tidak terpenuhi.

Diambil dari diary 26 Mei

            Ternyata itu emang lastdate ya. tiga mingu yang lalu, Saat saat terakhir aku nyium aroma shampo dari rambut separo basah kamu, aroma pelembut pakaian yang dipakai mama kamu. Dan bodohnya aku ketahuan menikmati semua itu. hahaha. Hari itu kita masih sangat muda. tertawa walau udah kena tilang, dengan alasan bolos jemput laudry dan kita ga pake helm. Aku ingat kamu yang sok hebat berdebat, yaudah! bayar aja toh mereka maunya duit. 

           Aku ingat kamu ngajak jalan ke daerah kompleks perumahan, dan aku mupeng liat rumah dengan gazebo di atapnya. Kita ngarang bebas menghayal alasan aneh minta izin sama pemilik rumah. Gila aja, kamu bilang itu permintaan terakhir, aku mengidap penyakit mematikan dan usia ku tinggal beberapa bulan, tadi aja kita gak ada salah malah minta tilang, hahahahaahaha itu gokil banget. Karangan bebas kamu.

         Hari ini, aku embali mengingat semuanya dengan terang. diluar kebersamaan kita yang masih hitungan hari, semua harus berakir lagi. Positifnya saja : paling tidak kita bisa berteman. dan aku punya gambaran dua orang yang pernah menjalin rasa denganku. 

Pasca End


        Mulai tersenyum lagi menjalani hari yang monoton. Benar kata dia. Hidupku memang kurang warna. membosankan dan yaah tak pantas diperjuangkan. Sekali lagi, aku bangkit menata schedul. tidak ada lagi satnite, tak ada lagi nge date, tak ada lagi observasi kampus kampus, tak ada lagi hunting tempat makan. Dan mulai mencoret 9 daftar destinasi untuk tiga bulan kedepan. 

      Tidak butuh waktu lama dia melupakan semua. Waktu termasuk orang ke dua puluhan. tertawa membayangkan. how can?? ups, huh, bukan. hanya saja tidak percaya. Oke, aku sibuk. cukup! bye!
Untuk semuanya hanya dibutuhkan keyakinan!

      Percaya atau tidak, kembali ke masa lalu. gue pernah nulis kalo hubungan ini gak akan bertahan lama. Yipi, jadilah nyata. I swear. itu semua karena gue gak yakin. How far the future treat yourlife?  naaah ini yang mesti gue edit. bayangan akan ada yang lebih dari yang sedang gue jalani membuat keyakinan itu menjadi jadi. yah, percayalah. kalo kalian yakin semua pasti akan berjalan semestinya. *oalaaah, ngomong opo toh??
haha...
Selamat hari minggu semuanyaaaa :)
*cium atu-atu...
 

♥ Diary Online ♥ Copyright 2011 My Sweet Blog kage Designed by Templates By Blogger Styles | Blogger Image by Tadpole's Notez