Forgive But Not Forget

Diposting oleh Unknown di Jumat, Juni 27, 2014 0 komentar
Aku adalah representasi dari apa yang kamu sebut ego.
Aku adalah akumulasi dari benih-benih emosi  yang kian tertanam.
Mengenal akan selalu terlihat sedikit lebih gampang dibanding mencoba untuk melupakan.
Melupakan akan selalu terlihat  sulit karena  memang sudah terlalu banyak hal-hal yang dikenang.
Aku tidak pernah menyalahkanmu  untuk apa yang sudah terjadi pada kita.
Aku memang kecewa, aku marah, tapi aku tau ini semua akan menjadi sebuah cerita.
Cerita tanpa seseorang akan tau dimana semua ini bermuara.
Cerita dimana aku hanya bisa mengenang karena aku tak terlalu tangguh untuk bisa melupakan.
Kita memang hidup untuk masa depan, tapi kita tak kan pernah bisa lari dari apa yang disebut masa lalu.
Masa-masa dimana aku selalu terlihat tegar dengan visual senyum ku yang terlihat begitu nyata.
Masa-masa dimana engkau masih memujaku.
Atau masa-masa dimana kamu selalu benar dimataku.
Aku tidak pernah peduli dengan mereka yang menganggap ini salah, karena aku yakin selalu ada alasan untuk mengubah ini menjadi benar.
Alasan untuk tetap tersenyum ketika aku selalu terlihat bodoh dimata mereka.
Alasan ketika mereka selalu menyalahkanku untuk apa yg sudah kita alami.
Alasan untuk aku mencoba tetap bertahan menghadapi pedihnya kisah kita.
Atau alasan untuk semua pembenaran dari fakta-fakta yg tersamarkan.
Tentunya kamu masih ingat, ketika pertama kali kita mengikat janji.
Atau kamu memang selalu terlupa dengan janji-janji yang pernah kamu ucap.
Kita dianugrahi ingatan untuk selalu mengingat, bukan untuk melupakan.
Kita mempunyai satu hati untuk mengasihi, bukan untuk saling menyakiti.
Tak peduli dengan apa yang sudah terjadi antara aku, kamu, atau mungkin dia.
Tak peduli dengan seberapa bodohnya aku ketika harus selalu tersenyum dan menyembunyikan luka.
Aku hanyalah manusia biasa yang masih ingin merasakan cinta.
Aku hanyalah manusia biasa, aku bersedih, tertawa dan terkadang tersenyum hanya untuk menutupi duka.
Aku hanyalah manusia biasa, yang selalu terbayangi memori dari masa laluku.
Aku ingin beranjak, tapi bayangmu selalu menyeretku dan hadir dengan senyum yang melemahkanku.
Dan kini aku hanya bisa terdiam dengan apa yang sudah terjadi diantara kita.
Saat-saat yang bahkan untuk sekedar membayangkannya pun aku takut.

Kini aku hanya bisa tersenyum, ya..
AKU SELALU BISA MEMAAFKAN, TAPI TIDAK UNTUK MELUPAKAN..

Mengenang Kepergian Bapak..

Diposting oleh Unknown di Sabtu, Juni 21, 2014 0 komentar


Rangkaian kalimat ini kutulis dengan paksa, diantara deraian air mata..
Tak sanggup lagi kuungkapkan, meski banyak yang kukenang..
Selamat jalan Bapak…
Astungkare surga untukmu..
Semoga anak-anakmu bisa meneruskan jiwa & semangatmu..

Aku tak mampu mengantar kepergianmu..
 Langit mendung turut berduka..
Orang-orang riuh rendah becerita..
Tentang segala amal kebaikanmu..
Aku datang kepadamu, bapak..
Semilir dibawah  tangisan dan berdoa..
Mengenang segala salah dan dosaku kepadamu..
Kepergianmu seketika mendewasakan aku..
Mengajarkan aku betapa penting arti hidup..
Untuk menjadi berguna bagi sesama..
Kepergianmu mengajarku..
Bagaimana harus mencintai dan menyayangi..
Bagaimana harus tulus berkorban dan bersabar..
Bagaimana harus berjuang demi anak-anaknya..
Hingga saat terakhir hayatmu..
Engkau terus berdoa demi kebahagiaan anak-anakmu..
Hari ini aku menemuimu, pak..
Lewat sebait puisi untuk mengenangmu..
Bila datang saatnya nanti..
Kan kuceritakan segala kebesaran dan keagunganmu..
Bersama embun fajar kemarau ku sertakan doa..
Semoga engkau mendapatkan tempat terbaik di sisi-Nya
Bapak,
Aku merindukanmu..

M U N A F I K, Yes I am

Diposting oleh Unknown di Rabu, Mei 21, 2014 0 komentar


Dari judulnya aja dah pasti yang kenal penulisnya langsung mencibir. Oh ternyataaa.... SOK ALIM !! Dari gambarnya akan komentar GAK NYAMBUNG !

Tuhan memang masih sangat sayang pada saya, perempuan baik hati, boros, suka menolong, sering dimanfaatkan teman dan tentunya plin plan! Dia membukakan mata ini tidak lagi dengan peristiwa yang tersirat, tersurat, termajalah, tervideo atau terapalah, tapi secara nyata didepan saya! dan Rutin! Sangat menunjukkan bahwa BODOH sekali saya ini, RENDAH sekali kualitas diri saya ini. Hal-hal kecil tidak lagi bisa membuat saya menoleh! Prek! angin lalu! Dan kini.., Dia bukakan masalah dikehidupan teman baru saya, nyata-nyata, menampar harga diri dan membuka paksa mata saya serta mengantarakan saya ke kuburan hati!


Bagaimana tidak, ketika teman saya bercerita tentang tragedi hidupnya, saya seperti melihat ke masalah-masalah saya. Entah mau dibuat sama atau tidak, nyatanya kok mirip. Mau apa tidak mau mengakui, ya seperti itulah yang terjadi. Mau pakai alasan apapun, ya sama aja! Saya heran. Super heran.

Kasihan sebenarnya teman baru saya ini. Dan sepertinya saya orang munafik nomer satu di dunia ini. Bukan seperti ding! tapi memang munafik! Memberinya nasehat bak pendeta tapi nyatanya saya sendiri melakukannya. Ya meski sebentar lagi pensiun (sudah tercium surat pemecatan/pensiunan). Saya bermuka dua akhirnya. Bertubuh setan tapi kadang sok bersifat malaikat. Setiap kali saya menasehatinya tentang kehidupan, mata teman saya itu menahan air mata. Ya Tuhan..., mata itu kembali bicara balik kepada saya. "KAMU JUGA !"
PLAAKKK....!!!! 

Ceritanya bagaimana sihh?
Jujur saya gak bisa cerita disini. Saya dah di sumpah jerapah untuk tidak koar-koar. Soriii ya sekali lagi..

Tapi inti dari semua ini adalah berlajarlah menghargai jernih payah kita sendiri. Diri kita ini lebih berharga daripada orang lain. Kita bisa hargai diri kita artinya kita pasti bisa hargai orang lain. Secinta apapun kita kepada sesuatu, itu bukan milik kita seutuhnya, masih ada Tuhan yang berhak memilikinya. Jangan pernah kamu mencintai sesuatu lebih dari kamu mencintai Nya. Yang kamu cintai itu tak akan berbalik mencintaimu dengan kadar yang sama!! Dan saya sudah membuktikannya.

Saya pensiun menjadi orang munafik. Berusaha pensiun. Bila diberi amanah itu dijaga. Bila berjanji ditepati. Bila berkata jangan bohong. Menjadi tidak munafik itu susah. Benar-benar harus belajar. Tak semudah bicara!! Saya sudah berusaha menepati ke 3 hal itu aja masih tetap saja saya menjadi penipu! Padahal saya dah berusaha menepati lho. Masih ada yang kurang. Gimanapun kalau ada yang kurang berarti belum semua syarat terpenuhi to.

Saya adalah penipu yang tertipu!!

Saya mau tidak menjadi munafik lagi, hidup saya tidak lama di dunia ini...
 
Sudah ya, ini sudah larut..

Selamat Malam...

Obrolah Siang Bolong Tentang Mati Rasa

Diposting oleh Unknown di Sabtu, Mei 17, 2014 0 komentar
Sudah pernah mengalami mati rasa? Tentunya jangan sampai. Kali ini mari kita membahas soal mati rasa. Kata ini muncul  4 hari yang lalu dari seorang teman yang lebay jablay capcay. Sebenarnya teman gue ini orang baik. Saking baiknya meskipun tahu dia dimanfaatkan dari segala sisi oleh teman dekat, pacar, atau keluarganya, yang dia bisa cuma diam dan ikut arus. 

Katanya "Biarkan saja, ntar juga berhenti sendiri ketika apa yang dia maui dari gue sudah gak ada lagi." 

Dan memang benar, satu persatu parasit itu pergi. Tinggal inangnya yang masih mencoba merasa cantik, baik, dan berpengharapan besar ke masa depan.


Balik ke mati rasa.
Teman gue yang suka galau itu datang dengan muka lesu dan kusut.

"Bisa gak sih lo bayangin gimana rasa lo ketika hal yang paling primitif (menjiplak istilah pramudya) ditangkis mentah-mentah oleh orang yang harusnya memodernkannya? Itu baru aja terjadi pada gue. Dan rasanya, harga diri ini terjun ke strata paling bawah."

Gue cuma bengong saja ketika melihatnya nyerocos tanpa henti.

"Rasanya, rasanya sudah gak bisa merasakan apa-apa lagi. Mati rasa. Belum.., sepertinya mau mati rasa! Sengatan listrik sudah mulai tak berasa!"

Gue semakin bengong. Bingung. Mungkin teman gue ini kesurupan pohon mangga depan rumah. Pembicaraannya sama sekali tidak bisa gue tangkap. Meskipun begitu, gue tetap takjub melihatnya bercerita.

"Sepertinya gue ingin mati rasa. Biar tidak lagi merasakan sakitnya dibanting ke jurang oleh orang yang gue anggap penting. Sungguh baru sadar, ternyata gue ini hanya sebagai pelengkap obyek penderita."

Oo... baru mengerti gue maksud teman gue itu. Dengan perasaaan penuh kharisma dan wibawa, gue pun memberikan saran kepadanya.

"Emang gak salah lo pengin mati rasa, lha hidup cuma berisi dia dia dia saja. Gue paham. Cuma janganlah pilih hal itu. Ya.. paling banter merasa MENUJU mati rasa lah. Tapi kalau lo tetap berprinsip begitu ya monggo, gue pikir lo mendingan MATI SAJA. Toh sama saja artinya."

Teman gue tiba-tiba berubah raut mukanya. 
"Benar lo bilang. Sebaiknya memang dia yang mati saja!" 

Nah lhoo....
Kok jadi gini.. -_______________-

Secangkir Cappucino dan Jendela..

Diposting oleh Unknown di Selasa, April 29, 2014 0 komentar
Hari ini aku terbangun dengan setumpuk beban dipundakku.. Secangkir cappucino mungkin membuatku sedikit lebih baik.. Semua kisah tentang ceritaku yang tak terungkap masih tersimpan disaku celanaku.. Aku selalu membawanya dan tak pernah ku biarkan orang lain tau..

Duduk didekat jendela dan menikmati hangatnya secangkir cappucino.. Memandangi semua tragedi yang ada, aku terbiasa duduk dan bercerita sendiri.. Sebagian orang menganggap itu kebiasaan aneh, tapi tidak bagiku.. Bercerita pada diri sendiri itu sangat menyenangkan..
Tak ada yang mengerti dan paham dengan ceritaku.. Lebih baik aku diam.. Bercerita pada mereka hanya akan mendapatkan cerca..

Semua ini membuatku muak.. Aku ingin protes pada mereka yang membiarkanku sakit.. Aku ingin marah pada mereka yang membiarkanku jatuh tanpa pernah mencoba membantuku berdiri..
Dijendela ini ritual pagiku dimulai.. Jendela ini adalah saksi kisahku, kisah mereka, dan kisah semua orang yang pernah melintas.. Jendela dan secangkir cappucino.. Diam dan ketenangan adalah hal yang harus beriringan.. Diam adalah cara menganalisa sesuatu yang tak berhak orang lain tau dan, Ketenangan adalah cara bijak dalam mengatasi masalah..

Secangkir Cappucino dan Jendela..

Kembali Menjadi Diriku Lagi

Diposting oleh Unknown di Selasa, April 01, 2014 0 komentar
Akhir-akhir ini aku merasa ada sebagian kecil dari diriku yang telah hilang. Rasanya baru kemarin aku bisa terbebas dari rasa takut akan kesendirian, aku terbiasa melakukan banyak hal seorang diri tanpa dia atau siapapun yang mampu membuatku merasa asing. Harusnya sejak awal tetap seperti ini, bukankah aku selalu terbiasa menjadi diriku sendiri seperti tiga atau dua tahun yang lalu aku bisa melewati banyak hal tanpa bantuan makhluk bumi manapun? Ini sungguh aneh, aku yang dulu terbiasa dengan kesendirianku justru sejak mengenal kamu aku jadi seberantakan ini.
       Aku bahkan menghabiskan waktu berhari-hari untuk berusaha kembali menjadi diriku lagi. Dimana aku yang dulu mampu berjalan meskipun saat itu aku tengah sekarat? Aku berjalan meniti sehelai tali diatas jurang tanpa harus terjatuh lalu terluka parah, sekarat, atau bahkan bisa membuatku berhenti bernafas. Lihatlah aku, terlalu bodoh untuk percaya cinta yang katanya bisa membuatku jauh lebih baik.

        Cinta hanyalah serpihan kaca dsepanjang jalan dengan penghujung mendapatkan berlian, ketika kamu mencoba sekali saja berjalan diatasnya kamu takkan bisa bayangkan perihnya, mencoba untuk terus berjalan meskipun tau itu akan membuatmu terluka. Itu bukan hal tolol bagiku, hanya orang-orang hebatlah yang mampu tetap berjalan meskipun tau ia akan terluka parah. Aku tak tau banyak mengenai perasaan, semua hal yang berhubungan dengan cinta.Cinta yang katanya bisa menyatukan dua hal yang berbeda menjadi sempurna itu tak pernah nyata di mataku dan dikehidupanku.

      Aku menulis ini dengan ketakutan baru dan rasa sakit yang belum tentu bisa kamu rasakan. Hari ini aku kembali menjadi diriku lagi tanpa kamu atau siapapun. Aku berusaha kembali menjadi diriku sendiri, ini tak mudah dan tak akan pernah mudah. Kamu tau ketika aku sudah terbiasa dengan kesendirian aku tak pernah sesedih dan sesakit ini. Jangan membuatku betah berlama-lama menjadi seorang yang terbiasa akan keramaian karena itu bukan tempatku, bukan duniaku. Kalau boleh jujur aku merasa sangat kehilangan mereka, aku kehilangan diriku sendiri. Ajarkan aku caranya menjadi diriku lagi, sungguh aku tak begitu betah dengan keadaan ini. Keadaan dimana aku sudah terbiasa dengan tangisanku dulu. 

          Bisakah sedikit saja kamu bayangkan rasanya jadi sepertiku, mencoba terbiasa dengan keadaan yang berubah total dengan cepat. Seandainya aku bisa belajar menjadi seperti kalian yang dengan mudahnya menghilang, lantas terbiasa tanpa kehadiranku. Ajarkan aku caranya agar tak menggunakan hati agar aku tak begitu sakit ketika merasa kehilangan.

Ajarkan aku menjadi diriku lagi, aku yang utuh, aku yang ku kenali, dan aku yang mampu melewati hari tanpa rasa takut akan kesendirian..

Sedikit Perbincangan dengan Tuhanku

Diposting oleh Unknown di Kamis, Maret 27, 2014 0 komentar
Tuhan, hari ini tolong dengarkan aku. Sebentar saja.
Ya. Memang ini sudah berlangsung lebih dari 7 bulan, ya 7 bulan Tuhan. Masih kurang jelas??? Baik akan aku perjelas, 210 hari tepatnya. Dan Kau juga pasti sudah bisa menebak. Ya, perasaanku. Masih tetap sama.

Baiklaahh Tuhan, mungkin Kau juga lelah mendengarkannya. Tapi tolong, aku pun tidak ingin berlarut – larut.
Aku sering bertanya padaMu apa sebenarnya arti dari rasa ikhlas. Melupakan segalanya begitu?? Menganggap bahwa kemarin itu tidak pernah terjadi apa – apa antara aku dan dia? Begitukah? Sedangkan Kau paham, semuanya tidak sesingkat – semudah dan se-simple itu.

Kau tahu Tuhan??? Dia adalah orang yang datang dihidupku tidak cukup cukup lama. Hanya 30 hari. Tapi tentu Kau tahu ada sesuatu yang sudah ia lakukan kepadaku tapi aku tidak menyadarinya. Dia menyeretku terlalu dalam. Menggandeng tanganku tanpa pernah sadar bahwa suatu saat genggaman itu pun akan terlepas. Menggiringku dijalan yang sama dengannya tanpa aku sadari yang berada ditepiku adalah jurang yang bisa saja aku jatuh ke dalamnya—dan itu terbukti.

Tuhan, kau lihat aku??? Aku melewati semuanya seolah semuanya baik – baik saja. 
Aku tetap berjalan tegak diatas luka yang ia toreh dan ia biarkan begitu saja. Aku mungkin bisa menata kembali langkahku. Aku bisa menata hidupku dari awal. Memulai segala hal yang baru. Tapi perasaanku tak lagi sama. Porak – poranda, Kau pasti paham.

Uhm…aku…aku ingin semuanya kembali seperti awal. Seperti sebelum dia datang. Aku tidak ingin menjadi perempuan pendendam. Aku tidak mau terus – menerus dipenuhi oleh rasa amarah. Aku tidak ingin meluapkan amarah ini kepada orang lain (lagi) hanya untuk memuaskan egoku. Aku ingin perasaanku menerima, hatiku berkata ‘sudah cukup’ dan lalu aku bisa kembali menjadi diriku yang dulu.
Tuhan, tolong bantu aku. Bantu untuk menggeser timbangan itu ke titik nol lagi..


Cinta Yang Beda

Diposting oleh Unknown di Sabtu, Maret 15, 2014 0 komentar

Dunia itu indah, bukan? Ia selalu dipenuhi cinta. Itu pula yang terjadi padaku untukmu.

Aku juga punya cinta. Tapi tidak sama dengan dunia. Ia beda dan ia indah karena beda. Andai kau bisa melihat, kau pun akan setuju denganku. Tapi tidak, kau bahkan tidak tahu aku punya cinta. Cinta yang telah dipersembahkan seluruhnya untukmu.

Ia tidak berbentuk bunga yang bisa layu setelah dipetik untukmu. Namun, aromanya lebih wangi darinya. Ia tidak berbentuk sebatang cokelat yang akan habis setelah diberikan padamu. Namun, lebih manis darinya.

Ia adalah pengorbanan. Melukis senyummu dengan air mata. Memberimu tawa dengan lukanya.

Ia adalah sempurna. Tanpa mesti membuat aku dan kamu menjadi sempurna.

Ia punya sayap. Sayap yang seluruhnya ia berikan padamu yang membawamu melayang ke udara. Dan ia hanya akan selalu menjagamu dibawah agar tidak jatuh. Lalu membiarkan sakit itu untuknya.

Ia ingin menjadi apa adanya. Tak pernah memaksa tapi tetap memberi. Ia tak kau lihat, tak kau dengar, tak kau raba, tak kau rasa hadirnya. Namun, ia menjagamu dari segalanya.

Ia yang akan membiarkanmu bahagia tanpanya, meski sesungguhnya karenanya. Jika memang harus begitu nyatanya.

Aku punya cinta. Ia beda. Namun ia indah dengan bedanya. Meski mungkin takkan pernah kau kenali adanya.

Jumat, 27 Juni 2014

Forgive But Not Forget

Aku adalah representasi dari apa yang kamu sebut ego.
Aku adalah akumulasi dari benih-benih emosi  yang kian tertanam.
Mengenal akan selalu terlihat sedikit lebih gampang dibanding mencoba untuk melupakan.
Melupakan akan selalu terlihat  sulit karena  memang sudah terlalu banyak hal-hal yang dikenang.
Aku tidak pernah menyalahkanmu  untuk apa yang sudah terjadi pada kita.
Aku memang kecewa, aku marah, tapi aku tau ini semua akan menjadi sebuah cerita.
Cerita tanpa seseorang akan tau dimana semua ini bermuara.
Cerita dimana aku hanya bisa mengenang karena aku tak terlalu tangguh untuk bisa melupakan.
Kita memang hidup untuk masa depan, tapi kita tak kan pernah bisa lari dari apa yang disebut masa lalu.
Masa-masa dimana aku selalu terlihat tegar dengan visual senyum ku yang terlihat begitu nyata.
Masa-masa dimana engkau masih memujaku.
Atau masa-masa dimana kamu selalu benar dimataku.
Aku tidak pernah peduli dengan mereka yang menganggap ini salah, karena aku yakin selalu ada alasan untuk mengubah ini menjadi benar.
Alasan untuk tetap tersenyum ketika aku selalu terlihat bodoh dimata mereka.
Alasan ketika mereka selalu menyalahkanku untuk apa yg sudah kita alami.
Alasan untuk aku mencoba tetap bertahan menghadapi pedihnya kisah kita.
Atau alasan untuk semua pembenaran dari fakta-fakta yg tersamarkan.
Tentunya kamu masih ingat, ketika pertama kali kita mengikat janji.
Atau kamu memang selalu terlupa dengan janji-janji yang pernah kamu ucap.
Kita dianugrahi ingatan untuk selalu mengingat, bukan untuk melupakan.
Kita mempunyai satu hati untuk mengasihi, bukan untuk saling menyakiti.
Tak peduli dengan apa yang sudah terjadi antara aku, kamu, atau mungkin dia.
Tak peduli dengan seberapa bodohnya aku ketika harus selalu tersenyum dan menyembunyikan luka.
Aku hanyalah manusia biasa yang masih ingin merasakan cinta.
Aku hanyalah manusia biasa, aku bersedih, tertawa dan terkadang tersenyum hanya untuk menutupi duka.
Aku hanyalah manusia biasa, yang selalu terbayangi memori dari masa laluku.
Aku ingin beranjak, tapi bayangmu selalu menyeretku dan hadir dengan senyum yang melemahkanku.
Dan kini aku hanya bisa terdiam dengan apa yang sudah terjadi diantara kita.
Saat-saat yang bahkan untuk sekedar membayangkannya pun aku takut.

Kini aku hanya bisa tersenyum, ya..
AKU SELALU BISA MEMAAFKAN, TAPI TIDAK UNTUK MELUPAKAN..

Sabtu, 21 Juni 2014

Mengenang Kepergian Bapak..



Rangkaian kalimat ini kutulis dengan paksa, diantara deraian air mata..
Tak sanggup lagi kuungkapkan, meski banyak yang kukenang..
Selamat jalan Bapak…
Astungkare surga untukmu..
Semoga anak-anakmu bisa meneruskan jiwa & semangatmu..

Aku tak mampu mengantar kepergianmu..
 Langit mendung turut berduka..
Orang-orang riuh rendah becerita..
Tentang segala amal kebaikanmu..
Aku datang kepadamu, bapak..
Semilir dibawah  tangisan dan berdoa..
Mengenang segala salah dan dosaku kepadamu..
Kepergianmu seketika mendewasakan aku..
Mengajarkan aku betapa penting arti hidup..
Untuk menjadi berguna bagi sesama..
Kepergianmu mengajarku..
Bagaimana harus mencintai dan menyayangi..
Bagaimana harus tulus berkorban dan bersabar..
Bagaimana harus berjuang demi anak-anaknya..
Hingga saat terakhir hayatmu..
Engkau terus berdoa demi kebahagiaan anak-anakmu..
Hari ini aku menemuimu, pak..
Lewat sebait puisi untuk mengenangmu..
Bila datang saatnya nanti..
Kan kuceritakan segala kebesaran dan keagunganmu..
Bersama embun fajar kemarau ku sertakan doa..
Semoga engkau mendapatkan tempat terbaik di sisi-Nya
Bapak,
Aku merindukanmu..

Rabu, 21 Mei 2014

M U N A F I K, Yes I am


Dari judulnya aja dah pasti yang kenal penulisnya langsung mencibir. Oh ternyataaa.... SOK ALIM !! Dari gambarnya akan komentar GAK NYAMBUNG !

Tuhan memang masih sangat sayang pada saya, perempuan baik hati, boros, suka menolong, sering dimanfaatkan teman dan tentunya plin plan! Dia membukakan mata ini tidak lagi dengan peristiwa yang tersirat, tersurat, termajalah, tervideo atau terapalah, tapi secara nyata didepan saya! dan Rutin! Sangat menunjukkan bahwa BODOH sekali saya ini, RENDAH sekali kualitas diri saya ini. Hal-hal kecil tidak lagi bisa membuat saya menoleh! Prek! angin lalu! Dan kini.., Dia bukakan masalah dikehidupan teman baru saya, nyata-nyata, menampar harga diri dan membuka paksa mata saya serta mengantarakan saya ke kuburan hati!


Bagaimana tidak, ketika teman saya bercerita tentang tragedi hidupnya, saya seperti melihat ke masalah-masalah saya. Entah mau dibuat sama atau tidak, nyatanya kok mirip. Mau apa tidak mau mengakui, ya seperti itulah yang terjadi. Mau pakai alasan apapun, ya sama aja! Saya heran. Super heran.

Kasihan sebenarnya teman baru saya ini. Dan sepertinya saya orang munafik nomer satu di dunia ini. Bukan seperti ding! tapi memang munafik! Memberinya nasehat bak pendeta tapi nyatanya saya sendiri melakukannya. Ya meski sebentar lagi pensiun (sudah tercium surat pemecatan/pensiunan). Saya bermuka dua akhirnya. Bertubuh setan tapi kadang sok bersifat malaikat. Setiap kali saya menasehatinya tentang kehidupan, mata teman saya itu menahan air mata. Ya Tuhan..., mata itu kembali bicara balik kepada saya. "KAMU JUGA !"
PLAAKKK....!!!! 

Ceritanya bagaimana sihh?
Jujur saya gak bisa cerita disini. Saya dah di sumpah jerapah untuk tidak koar-koar. Soriii ya sekali lagi..

Tapi inti dari semua ini adalah berlajarlah menghargai jernih payah kita sendiri. Diri kita ini lebih berharga daripada orang lain. Kita bisa hargai diri kita artinya kita pasti bisa hargai orang lain. Secinta apapun kita kepada sesuatu, itu bukan milik kita seutuhnya, masih ada Tuhan yang berhak memilikinya. Jangan pernah kamu mencintai sesuatu lebih dari kamu mencintai Nya. Yang kamu cintai itu tak akan berbalik mencintaimu dengan kadar yang sama!! Dan saya sudah membuktikannya.

Saya pensiun menjadi orang munafik. Berusaha pensiun. Bila diberi amanah itu dijaga. Bila berjanji ditepati. Bila berkata jangan bohong. Menjadi tidak munafik itu susah. Benar-benar harus belajar. Tak semudah bicara!! Saya sudah berusaha menepati ke 3 hal itu aja masih tetap saja saya menjadi penipu! Padahal saya dah berusaha menepati lho. Masih ada yang kurang. Gimanapun kalau ada yang kurang berarti belum semua syarat terpenuhi to.

Saya adalah penipu yang tertipu!!

Saya mau tidak menjadi munafik lagi, hidup saya tidak lama di dunia ini...
 
Sudah ya, ini sudah larut..

Selamat Malam...

Sabtu, 17 Mei 2014

Obrolah Siang Bolong Tentang Mati Rasa

Sudah pernah mengalami mati rasa? Tentunya jangan sampai. Kali ini mari kita membahas soal mati rasa. Kata ini muncul  4 hari yang lalu dari seorang teman yang lebay jablay capcay. Sebenarnya teman gue ini orang baik. Saking baiknya meskipun tahu dia dimanfaatkan dari segala sisi oleh teman dekat, pacar, atau keluarganya, yang dia bisa cuma diam dan ikut arus. 

Katanya "Biarkan saja, ntar juga berhenti sendiri ketika apa yang dia maui dari gue sudah gak ada lagi." 

Dan memang benar, satu persatu parasit itu pergi. Tinggal inangnya yang masih mencoba merasa cantik, baik, dan berpengharapan besar ke masa depan.


Balik ke mati rasa.
Teman gue yang suka galau itu datang dengan muka lesu dan kusut.

"Bisa gak sih lo bayangin gimana rasa lo ketika hal yang paling primitif (menjiplak istilah pramudya) ditangkis mentah-mentah oleh orang yang harusnya memodernkannya? Itu baru aja terjadi pada gue. Dan rasanya, harga diri ini terjun ke strata paling bawah."

Gue cuma bengong saja ketika melihatnya nyerocos tanpa henti.

"Rasanya, rasanya sudah gak bisa merasakan apa-apa lagi. Mati rasa. Belum.., sepertinya mau mati rasa! Sengatan listrik sudah mulai tak berasa!"

Gue semakin bengong. Bingung. Mungkin teman gue ini kesurupan pohon mangga depan rumah. Pembicaraannya sama sekali tidak bisa gue tangkap. Meskipun begitu, gue tetap takjub melihatnya bercerita.

"Sepertinya gue ingin mati rasa. Biar tidak lagi merasakan sakitnya dibanting ke jurang oleh orang yang gue anggap penting. Sungguh baru sadar, ternyata gue ini hanya sebagai pelengkap obyek penderita."

Oo... baru mengerti gue maksud teman gue itu. Dengan perasaaan penuh kharisma dan wibawa, gue pun memberikan saran kepadanya.

"Emang gak salah lo pengin mati rasa, lha hidup cuma berisi dia dia dia saja. Gue paham. Cuma janganlah pilih hal itu. Ya.. paling banter merasa MENUJU mati rasa lah. Tapi kalau lo tetap berprinsip begitu ya monggo, gue pikir lo mendingan MATI SAJA. Toh sama saja artinya."

Teman gue tiba-tiba berubah raut mukanya. 
"Benar lo bilang. Sebaiknya memang dia yang mati saja!" 

Nah lhoo....
Kok jadi gini.. -_______________-

Selasa, 29 April 2014

Secangkir Cappucino dan Jendela..

Hari ini aku terbangun dengan setumpuk beban dipundakku.. Secangkir cappucino mungkin membuatku sedikit lebih baik.. Semua kisah tentang ceritaku yang tak terungkap masih tersimpan disaku celanaku.. Aku selalu membawanya dan tak pernah ku biarkan orang lain tau..

Duduk didekat jendela dan menikmati hangatnya secangkir cappucino.. Memandangi semua tragedi yang ada, aku terbiasa duduk dan bercerita sendiri.. Sebagian orang menganggap itu kebiasaan aneh, tapi tidak bagiku.. Bercerita pada diri sendiri itu sangat menyenangkan..
Tak ada yang mengerti dan paham dengan ceritaku.. Lebih baik aku diam.. Bercerita pada mereka hanya akan mendapatkan cerca..

Semua ini membuatku muak.. Aku ingin protes pada mereka yang membiarkanku sakit.. Aku ingin marah pada mereka yang membiarkanku jatuh tanpa pernah mencoba membantuku berdiri..
Dijendela ini ritual pagiku dimulai.. Jendela ini adalah saksi kisahku, kisah mereka, dan kisah semua orang yang pernah melintas.. Jendela dan secangkir cappucino.. Diam dan ketenangan adalah hal yang harus beriringan.. Diam adalah cara menganalisa sesuatu yang tak berhak orang lain tau dan, Ketenangan adalah cara bijak dalam mengatasi masalah..

Secangkir Cappucino dan Jendela..

Selasa, 01 April 2014

Kembali Menjadi Diriku Lagi

Akhir-akhir ini aku merasa ada sebagian kecil dari diriku yang telah hilang. Rasanya baru kemarin aku bisa terbebas dari rasa takut akan kesendirian, aku terbiasa melakukan banyak hal seorang diri tanpa dia atau siapapun yang mampu membuatku merasa asing. Harusnya sejak awal tetap seperti ini, bukankah aku selalu terbiasa menjadi diriku sendiri seperti tiga atau dua tahun yang lalu aku bisa melewati banyak hal tanpa bantuan makhluk bumi manapun? Ini sungguh aneh, aku yang dulu terbiasa dengan kesendirianku justru sejak mengenal kamu aku jadi seberantakan ini.
       Aku bahkan menghabiskan waktu berhari-hari untuk berusaha kembali menjadi diriku lagi. Dimana aku yang dulu mampu berjalan meskipun saat itu aku tengah sekarat? Aku berjalan meniti sehelai tali diatas jurang tanpa harus terjatuh lalu terluka parah, sekarat, atau bahkan bisa membuatku berhenti bernafas. Lihatlah aku, terlalu bodoh untuk percaya cinta yang katanya bisa membuatku jauh lebih baik.

        Cinta hanyalah serpihan kaca dsepanjang jalan dengan penghujung mendapatkan berlian, ketika kamu mencoba sekali saja berjalan diatasnya kamu takkan bisa bayangkan perihnya, mencoba untuk terus berjalan meskipun tau itu akan membuatmu terluka. Itu bukan hal tolol bagiku, hanya orang-orang hebatlah yang mampu tetap berjalan meskipun tau ia akan terluka parah. Aku tak tau banyak mengenai perasaan, semua hal yang berhubungan dengan cinta.Cinta yang katanya bisa menyatukan dua hal yang berbeda menjadi sempurna itu tak pernah nyata di mataku dan dikehidupanku.

      Aku menulis ini dengan ketakutan baru dan rasa sakit yang belum tentu bisa kamu rasakan. Hari ini aku kembali menjadi diriku lagi tanpa kamu atau siapapun. Aku berusaha kembali menjadi diriku sendiri, ini tak mudah dan tak akan pernah mudah. Kamu tau ketika aku sudah terbiasa dengan kesendirian aku tak pernah sesedih dan sesakit ini. Jangan membuatku betah berlama-lama menjadi seorang yang terbiasa akan keramaian karena itu bukan tempatku, bukan duniaku. Kalau boleh jujur aku merasa sangat kehilangan mereka, aku kehilangan diriku sendiri. Ajarkan aku caranya menjadi diriku lagi, sungguh aku tak begitu betah dengan keadaan ini. Keadaan dimana aku sudah terbiasa dengan tangisanku dulu. 

          Bisakah sedikit saja kamu bayangkan rasanya jadi sepertiku, mencoba terbiasa dengan keadaan yang berubah total dengan cepat. Seandainya aku bisa belajar menjadi seperti kalian yang dengan mudahnya menghilang, lantas terbiasa tanpa kehadiranku. Ajarkan aku caranya agar tak menggunakan hati agar aku tak begitu sakit ketika merasa kehilangan.

Ajarkan aku menjadi diriku lagi, aku yang utuh, aku yang ku kenali, dan aku yang mampu melewati hari tanpa rasa takut akan kesendirian..

Kamis, 27 Maret 2014

Sedikit Perbincangan dengan Tuhanku

Tuhan, hari ini tolong dengarkan aku. Sebentar saja.
Ya. Memang ini sudah berlangsung lebih dari 7 bulan, ya 7 bulan Tuhan. Masih kurang jelas??? Baik akan aku perjelas, 210 hari tepatnya. Dan Kau juga pasti sudah bisa menebak. Ya, perasaanku. Masih tetap sama.

Baiklaahh Tuhan, mungkin Kau juga lelah mendengarkannya. Tapi tolong, aku pun tidak ingin berlarut – larut.
Aku sering bertanya padaMu apa sebenarnya arti dari rasa ikhlas. Melupakan segalanya begitu?? Menganggap bahwa kemarin itu tidak pernah terjadi apa – apa antara aku dan dia? Begitukah? Sedangkan Kau paham, semuanya tidak sesingkat – semudah dan se-simple itu.

Kau tahu Tuhan??? Dia adalah orang yang datang dihidupku tidak cukup cukup lama. Hanya 30 hari. Tapi tentu Kau tahu ada sesuatu yang sudah ia lakukan kepadaku tapi aku tidak menyadarinya. Dia menyeretku terlalu dalam. Menggandeng tanganku tanpa pernah sadar bahwa suatu saat genggaman itu pun akan terlepas. Menggiringku dijalan yang sama dengannya tanpa aku sadari yang berada ditepiku adalah jurang yang bisa saja aku jatuh ke dalamnya—dan itu terbukti.

Tuhan, kau lihat aku??? Aku melewati semuanya seolah semuanya baik – baik saja. 
Aku tetap berjalan tegak diatas luka yang ia toreh dan ia biarkan begitu saja. Aku mungkin bisa menata kembali langkahku. Aku bisa menata hidupku dari awal. Memulai segala hal yang baru. Tapi perasaanku tak lagi sama. Porak – poranda, Kau pasti paham.

Uhm…aku…aku ingin semuanya kembali seperti awal. Seperti sebelum dia datang. Aku tidak ingin menjadi perempuan pendendam. Aku tidak mau terus – menerus dipenuhi oleh rasa amarah. Aku tidak ingin meluapkan amarah ini kepada orang lain (lagi) hanya untuk memuaskan egoku. Aku ingin perasaanku menerima, hatiku berkata ‘sudah cukup’ dan lalu aku bisa kembali menjadi diriku yang dulu.
Tuhan, tolong bantu aku. Bantu untuk menggeser timbangan itu ke titik nol lagi..


Sabtu, 15 Maret 2014

Cinta Yang Beda


Dunia itu indah, bukan? Ia selalu dipenuhi cinta. Itu pula yang terjadi padaku untukmu.

Aku juga punya cinta. Tapi tidak sama dengan dunia. Ia beda dan ia indah karena beda. Andai kau bisa melihat, kau pun akan setuju denganku. Tapi tidak, kau bahkan tidak tahu aku punya cinta. Cinta yang telah dipersembahkan seluruhnya untukmu.

Ia tidak berbentuk bunga yang bisa layu setelah dipetik untukmu. Namun, aromanya lebih wangi darinya. Ia tidak berbentuk sebatang cokelat yang akan habis setelah diberikan padamu. Namun, lebih manis darinya.

Ia adalah pengorbanan. Melukis senyummu dengan air mata. Memberimu tawa dengan lukanya.

Ia adalah sempurna. Tanpa mesti membuat aku dan kamu menjadi sempurna.

Ia punya sayap. Sayap yang seluruhnya ia berikan padamu yang membawamu melayang ke udara. Dan ia hanya akan selalu menjagamu dibawah agar tidak jatuh. Lalu membiarkan sakit itu untuknya.

Ia ingin menjadi apa adanya. Tak pernah memaksa tapi tetap memberi. Ia tak kau lihat, tak kau dengar, tak kau raba, tak kau rasa hadirnya. Namun, ia menjagamu dari segalanya.

Ia yang akan membiarkanmu bahagia tanpanya, meski sesungguhnya karenanya. Jika memang harus begitu nyatanya.

Aku punya cinta. Ia beda. Namun ia indah dengan bedanya. Meski mungkin takkan pernah kau kenali adanya.
 

♥ Diary Online ♥ Copyright 2011 My Sweet Blog kage Designed by Templates By Blogger Styles | Blogger Image by Tadpole's Notez