Late Post : Ini Aku

Diposting oleh Unknown di Rabu, Februari 26, 2014 0 komentar

        Dingin sekali, sejak tadi hujan yang turun sangat deras. Aku sedang merindukan sesuatu. Mungkin kejadian-kejadian yang telah lalu. Aku merekamnya, segala kejadian itu di hatiku. Kalau begitu kenapa aku harus merindukan apa yang ada padaku. aku juga tidak mengerti. Kejadian, hm.. kita biasa menyebutnya kenangan ya? Untuk apa aku merindukan kenangan? Eh, yang kurindukan itu kenangan tentang kita, atau memang kita?

Ini aku. Aku tidak hilang. Aku tidak pergi. Aku hanya sedang sekedar diam, melihat, mendengar dan tersenyum. Satu lagi, dan merindu. Rindu itu indah. Karena membuat seseorang menjadi berarti di hati kita. Aku hanya sedang lelah berlari. Berhenti sejenak menikmati alam. Melihat pohon mangga depan rumah yang sudah semakin besar (padahal “ngincar” buah). Bahkan pohon kedondong tetangga yang semakin rimbun (insting “nyolong” menyala). Menghirup udara segar pagi hari. Atau sekedar menatap rembulan pas tahun baru plus kembang apinya yang “sedikit” berisik bikin gak bisa tidur.

Aku hanya sedang belajar lebih menikmati hidup. Sebelum berpisah dengan hidup itu sendiri. Banyak merenung dan menyadari keindahan sebuah kehidupan. Tertawa melihat tingkah lucu kucing-kucingku. Meski ada beberapa yang menyeramkan. Seperti, saat kucingku membawa masuk kadal ke dalam rumah di siang hari atau membawa masuk  burung di tengah malam saat hanya aku yang terjaga, yang kedua-duanya masih hidup. Tapi, lucu sih. 

Aku juga masih sering melakukan “kegilaan-kegilaan” bodoh. Seperti, makan es krim mocha dengan butiran coklat dan kacang mede saat hujan deras, sakit gigi dan sedikit batuk yang sedang kulakukan saat ini. Hey? Jangan menyalahkanku! Itu godaan yang berat. Aku suka es krim, suka mochachino, suka coklat, suka kacang mede, dan tidak suka sakit gigi apalagi sakit hati (apa sih?).

Aku masih aku, kan?
Ini bukan negeri pasir, meski banyak debu. Dan aku juga tidak punya musim dingin. Aku tak akan memaksa siapapun untuk tetap bersamaku.
Tapi ingatlah, ketika kau merasa sepi. Aku selalu merindukanmu.
Dan ingatlah, ketika kau butuh aku. Aku selalu di sini untukmu.
Siapapun kamu (kecuali perampok, pembunuh atau penjahat lainnya).
Tertanda:
Hati yang selalu bahagia,


Raga yang selalu baik-baik saja.


(anggap sajalah :p)



Aku.

Sisa-sisa Kita

Diposting oleh Unknown di Rabu, Februari 26, 2014 0 komentar

Kita pernah berjalan bersama, begitu lama. Dalam berbagai rasa yang berbeda. Aku pernah memperjuangkanmu. Kamu pernah aku perjuangkan, berulang kali. Aku ingat, kita juga pernah tertawa bersama. Aku bahkan pernah memelukmu tiap kali kamu menangis.
Ketika langit mendung, aku pernah berlari mengejarmu. Sekedar membawakanmu payung. Lalu aku pulang kehujanan.
Aku pernah terjaga semalam suntuk untukmu. Waktu itu kamu demam.
Aku pernah membawakanmu setangkai mawar merah. Kamu sangat suka mawar merah. Waktu itu kamu menungguku dengan sepotong kue dan sekumpulan lilin yang sudah ditiup. Aku terlambat, tapi kamu tidak marah. Kamu malah memelukku yang basah kuyup didepan tamu undanganmu.
Malam kemarin, kamu datang padaku dengan setangkai mawar yang sudah layu, yang kuberi padamu di malam aku basah kuyup. Kamu bilang kamu jenuh padaku. Kamu mungkin hanya perlu waktu, pikirku.

Pagi tadi, aku melihatmu bergandengan tangan dengan seseorang yang jelas bukan aku. Dan aku tak pernah melihatmu tertawa selebar itu. Detik itu aku tahu, aku harus melepasmu.
Sore ini, lagi-lagi aku mengenangmu dan (tanpa) berharap kamu datang padaku.
(Menyadari) aku yang masih mencintaimu, meski melepasmu.
Ditemani secangkir kopi tanpa gula, setangkai mawar yang sudah layu, dan sisa-sisa kita.
..........

Oh iya juga sedikit sesak di dada...

Hujan ini...

Diposting oleh Unknown di Selasa, Februari 25, 2014 0 komentar
Aku sering merasa hubungan lain lebih indah dibandingkan dengan yang sedang kita jalani, mereka terlihat bahagia, terlihat tak ada penghalang, semua seperti mulus saja, maaf jika aku beranggapan seperti itu, maaf jika aku tak pernah bersyukur dengan apa yang sudah kita dapat saat ini. Aku sepenuhnya bahagia menjalani ini, aku seutuhnya merasa sempurna dengan apa yang kita miliki, hanya saja mungkin aku rindu dengan kita, tapi bukan kita yang sekarang. Tapi aku tak apa dengan keadaan kita yang seperti ini, meski untuk ada pelangi tak harus menunggu hujan, tapi pelangi dibalik hujan itu lebih indah. Kamu mengerti sayang? Aku tau, mungkin kita bisa dapatkan kebahagiaan instan, tapi aku juga mengerti satu hal, setiap hal yang kita dapatkan dengan begitu mudahnya, akan dengan mudah juga kita kehilangannya. Dan tenang saja aku masih tetap setia menunggu pelangi yang hadir setelah hujan reda. Aku masih akan selalu meyakini setiap masalah yang hadir bersama hikmahnya. Aku hanya perlu mempersiapkan diri untuk terjatuh, agar saat aku benar jatuh nantinya, aku tak akan terlalu merasakan sakit karna semuanya sudah aku persiapkan. Aku mempersiapkan hatiku untuk kamu hancurkan. Kamu tau kenapa aku melakukan itu? Karna aku yakin kamu tak akan pernah bahkan berniatpun tidak untuk menghancurkan hatiku. Aku hanya butuh lebih kuat, itu saja.

Tentang Orang yang Berjalan Bersisian

Diposting oleh Unknown di Sabtu, Februari 01, 2014 0 komentar
Aku bertemu kamu di persimpangan jalan kehidupan. Awalnya aku merasa biasa saja karena aku sudah cukup terbiasa bertemu orang baru dan berkenalan. Tidak ada yang menarik pada awalnya. Kamu sama seperti yang lainnya, ramah di awal di hadapan semua wanita.
Setelah berbicara dan bertukar informasi mengenai pribadi masing-masing ala kadarnya, kita akhirnya tau tujuan kita sama. Dihadapan kita terhampar ratusan jalan yang berbeda namun tetap berujung di satu titik yang sama. Saat itu aku yang sangat apatis terhadap orang lain tidak memperdulikan jalan mana yang akan kau ambil. Persetan dengan orang lain, aku tidak peduli. Yang aku perdulikan hanyalah jalan yang kutempuh demi satu tujuan.
Aku meninggalkanmu di belakang dan memilih kembali melanjutkan perjalananku sendirian tanpa menoleh ke belakang. Bagiku, tujuan hidupku adalah apa yang terbentang di depanku, dan apa yang ada di belakangku hanyalah sesuatu yang tidak perlu aku kaji ulang karena hanya akan menghambat langkahku.
Di tengah perjalananku ternyata aku kembali bertemu kamu. Tidak ku sangka bahwa kau akan mengambil jalan yang sama. Di jalur ini kau tidak akan pernah bisa berhenti dan berputar arah kembali ke belakang. Karena itulah sebenarnya aku memilih jalur ini. Jalur ini tidak banyak memberi pilihan namun apa yang ia sediakan hanyalah ketegasan. Aku tak menyangka kau akan memilih jalur ini juga, karena tidak banyak orang yang suka untuk tidak diberi kebebasan memilih banyak pilihan.
Dari pertemuan ke dua ini aku tergelitik untuk mengetahui lebih banyak tentangmu. Kita mulai bercengkrama berkenalan lebih jauh. Saling menggali informasi tentang diri masing-masing. Alangkah terkejutnya aku begitu menemukan begitu persamaan di antara kepribadian kita, cara berpikir, dan bagaimana kita bereaksi terhadap sesuatu. Perjalanan ini terasa menyenangkan karena aku bertemu sosok yantg dapat aku mengerti dan mengerti aku semudah memahami diri sendiri.
Lama kelamaan perjalanan ini terasa jauh lebih menarik. Kita bisa tertawa bersama atas lelucon yang mungkin hanya kita berdua yang mengerti, kita bisa punya pandangan yang sama walau aku yakin orang akan menganggapnnya 'nyentrik', kitapun punya minpi yang sama, yang orang-orang pikir sia-sia dan tidak akan pernah mungkin tercapai. Kita berbahagia di atas semua pemikiran miring orang-orang. Menurut mereka kita ini gila dan tidak masuk akal, menurut kita mereka hanyalah orang-orang yang tidak berani mengekspresikan dirinya dan terkekang dalam pola pikir yang membosankan.
Waktu berlalu lebih cepat dari apa yang kita bayangkan. Perjalanan ini tak kunjung menemukan ujungnya yang menandakan semuanya masih jauh untuk mencapai tujuan. Sementara kita berdua sudah mulai merasa bosan karena tidak bisa menemukan hal baru untuk dipelajari. Kita juga sudah mati kebosanan dengan diri masing-masing. Kita mulai menyangsikan apakah kita masih sanggup untuk tetap melaju ke depan mencapai tujuan berdua? Sekarang setiap lelucon yang terlontar hanyalah kehampaan dan setiap derai tawa yang terurai hanyalah kebisuan. Aku rasanya sudah tidak sanggup.
Kali ini aku berpikir apa yang mesti ku perbuat. Haruskah aku melanjutkan perjalanan ini bersamanya meski aku harus berjuang mati-matian melawan kehampaan? Ataukah aku harus berhenti sejenak melawan arus yang jalur ini haramkan kemudian membiarkannya berjalan duluan dan meninggalkanku di belakang di mana artinya ia tak akan perbah bisa melihatku lagi?
Aku terkekang dalam kebimbangan. Beginikah rasanya memilih di antara pilihan yang sama sekali tidak bisa dipilih?

Ngelindur Pagi

Diposting oleh Unknown di Sabtu, Februari 01, 2014 0 komentar
Oh yeah it’s about 1 AM and I still awake. Udah cukup nyampah di twitter kemudian gue melipir ke blog. Coba kita lihat apa yang bisa gue tulis di pagi buta. Curhatan mungkin? *emangnya pernah gitu blog gue isinya ga curhat?*
Pada awalnya gue berpikir apa gunanya dia kembali lagi apabila pada akhirnya hanya akan berujung seperti ini. Kita baik-baik saja ketika jarak memisahkan raga. Kita baik-baik saja ketika jarak membuat segalanya terasa dua kali lipat lebih kuat dari biasanya, rasa rindu, cinta, dan cemburu. Kita baik-baik saja, hingga akhirnya kita berhasil menumpas jarak kemudian mendekatkan raga. Namun, pada akhirnya jarak nyata lah yang telah menjarakkan hati. Kita menjadi tidak baik-baik saja ketika tak ada jarak yang bisa ditempuh. Kita menjadi tidak baik-baik saja ketika kedekatan raga menjauhkan hati.
Apabila ini jarak nyata, semuanya bisa kutempuh dengan berjalan. Kemudian bisa kukejar dengan berlari, atau kugapai dengan berenang. Namun apabila ini mengenai jarak yang semu, lantas aku bisa apa? Haruskah kita sama-sama maju selangkah untuk bersatu namun kemudian mundur seribu langkah untuk kemudian berpisah? Maka dari ini kita sudah memutuskan untuk tidak lagi mencoba maju selangkah untuk mendekatkan diri. Namun akhirnya kita mencoba berbalik arah dan melangkah berlawanan. Jalan kita ternyata berbeda, langkah kita ternyata tak sama, namun tujuan kita pasti searah. Sama-sama ingin bahagia, sama-sama ingin menemukan cinta, di penghujung jalan yang berbeda.
********
Hahaha astaga gue ga nyangka bisa ngepost sepuitis ini. Aww, apa iya titik kulminasi depresi dan galau itu emang ada dijam-jam kayak begini? Apa bener inspirasi harus mengetuk benak sepagi ini? Kalo gini sih adek gak kuat bang. Ntar yang ada kantung mata gue jadi couple-an ama Pak SBY (--;)
So, yasudahlah ya cukup untuk pagi ini. Let’s sleep for better future. It’s to early to say “Good Morning” and it is too late to say “Good Night”. So, Good MorNight everybody. Have a nice day, and I love you so much :)

When I Decide To Leave !

Diposting oleh Unknown di Sabtu, Februari 01, 2014 0 komentar


#nowplaying: Agnes Monica-Rapuh
Hah!
Lagunya nusuk banget ya masbroh, asli gue udah lama gak nulis disini. Terakhir itu nulis something like puisi sajak or whatever deh.
Well, ngapain lagi gue sekarang kalo bukan galau. Yayaya, galau yang sama karena orang yang sama. Kadang gue ngerasa capek sendiri kayak gini, kadang gue ngerasa nyia-nyiain hidup gue banget buat orang yang bahkan gue gatau apa dia pernah sekali aja mikirin gue. Sakit? Ini jauh lebuh dari sekedar sakit ataupun nyesek.
Pada awalnya gue berpikir kalo gue sabar pasti gue bisa bareng dia. Gue udah nunggu sampe dia jadi single dulu, gue sabar, dan gue gapernah recokin hubungan dia sama (mantan) pacarnya, sampe finally mereka putus juga. Gue seneng pada awalnya karna gue pikir penantian gue mendapatkan titik sekarang, tapi kembali kesabaran gue diuji. Kita dipisahkan oleh jarak yang gabisa dibilang deket juga. Itu yang bikin semuanya semakin sakit buat gue. Jarak! Jarak itu bisa diibaratkan sebagai kaca pembesar dalam sebuah hubungan. Rasa kangen yang kecil bisa jadi gede banget kalo ada jarak. Bahkan rasa sakitpun juga gitu.
Awalnya gue pikir gue masih bisa sabar lagi, tapi entah kenapa makin kesini gue makin seperti gapunya harapan lagi. Jarak membuat komunikasi jadi terhadang, lost contact! The most disaster ever! Mungkin baiknya gue punya hubungan ama anak Komunikasi aja kali yaa biar ga terhambat ama masalah yang beginian. Communication is the most important thing in a relationship. Sekarang untuk sekedar ngobrol aja kita udah jarang banget. So, adakah harapan?
Saat ini gue coba merenungi apa yang sebenarnya gue lakukan. Gue menjadi seseorang yang jatuh cinta diam-diam dan menunggu orang yang sangat tidak peka untuk membalas atau sekedar tahu tentang apa yang gue rasain ini. Dan setelah gue pikir-pikir lagi, gaada gunanya lagi gue nunggu. Toh kalopun dia tau dia juga gabakal bales kan? So simple!
Mungkin ini akhir dari segala penantian gue, gue memutuskan untuk menyerah. Sekarang gue udah jauh dari dia, jadi gabakal sulit buat gue ngelupain dia (I hope so). Haaaaaaah, sumpah ini udah depresi banget gatau mesti ngapain. Gue udah kayak orang gila akhir-akhir ini, pelototin RU berharap dia update something, pelototin timeline berharap dia ada di sana, pelototin handphone berharap ada nama dia disana. But I just got nothing :’)
Selama pengorbanan gue, penantian gue, gaada yang membuahkan hasil, gaada yang appreciate. Its like I do something meanless. Ga berguna! Bahkan ga dihargai sama sekali.  Mungkin ini udah saat nya gue move on. Udah saatnya menghadapi realitanya, dia emang bukan buat gue. Pasti bakalan sakit, pasti! Tapi lebih baik gitu bukan, sakit yang luar biasa tapi abis itu lega, ketimbang disakitin perlahan-lahan kemudian dimatikan perasaannya.
So this is the end of our lovestory dear, hope you’ll find your best. Maybe she is not me, but never mind, I’m okay. Or…. I try to be OK.
Makasih buat semua rasa ini, makasih udah sempat jadi moodbooster, makasih udah pernah bikin gue bener-bener seneng Cuma dengan ngeliat nama lo ada di inbox gue. Makasih lo selalu bikin gue ngerasa nyaman sama kehadiran lo meskipun Cuma buat ngeledekin gue. Makasih udah sempet jagain gue, anterin gue pulang, dan kasih perhatian simpel (yang mungkin lo ga inget) tapi punya makna dalem buat gue. Makasih juga udah mengabaikan gue, gue tau itu bukan salah lo kok, guenya aja yang terlalu memaksakan diri.
Gue gapernah menyesal peranh sayang sama lo, gue ga pernah nyesel dibikin galau sama lo, kita ambil positifnya aja, gue jadi bisa ngisi blog ini dengan  kegalauan gue. Gue bener-bener seneng pernah ketemu lo dimasa-masa terindah hidup gue. Meskipun akhirnya harus begini, tapi gapapa this is the best love story I ever had meskipun lo mungkin ga pernah tau langsung dari gue atau malah gatau sama sekali. Well, goodbye yaa little boy, rajin rajin kerjanya disana, jaga diri baik baik yaa, eat your food regularly. Mungkin nanti kalo lo balik gue bakalan kasih tau semuanya ke lo. Tapi yaaa sudahlah ya semuanya sudah habis.
Thankyou yaa, setidaknya semuanya terjadi karna gue yang memutuskan, gue yang memutuskan mencintai, gue pula yang memutuskan untuk melupakan. That’s all about choice!

Rabu, 26 Februari 2014

Late Post : Ini Aku


        Dingin sekali, sejak tadi hujan yang turun sangat deras. Aku sedang merindukan sesuatu. Mungkin kejadian-kejadian yang telah lalu. Aku merekamnya, segala kejadian itu di hatiku. Kalau begitu kenapa aku harus merindukan apa yang ada padaku. aku juga tidak mengerti. Kejadian, hm.. kita biasa menyebutnya kenangan ya? Untuk apa aku merindukan kenangan? Eh, yang kurindukan itu kenangan tentang kita, atau memang kita?

Ini aku. Aku tidak hilang. Aku tidak pergi. Aku hanya sedang sekedar diam, melihat, mendengar dan tersenyum. Satu lagi, dan merindu. Rindu itu indah. Karena membuat seseorang menjadi berarti di hati kita. Aku hanya sedang lelah berlari. Berhenti sejenak menikmati alam. Melihat pohon mangga depan rumah yang sudah semakin besar (padahal “ngincar” buah). Bahkan pohon kedondong tetangga yang semakin rimbun (insting “nyolong” menyala). Menghirup udara segar pagi hari. Atau sekedar menatap rembulan pas tahun baru plus kembang apinya yang “sedikit” berisik bikin gak bisa tidur.

Aku hanya sedang belajar lebih menikmati hidup. Sebelum berpisah dengan hidup itu sendiri. Banyak merenung dan menyadari keindahan sebuah kehidupan. Tertawa melihat tingkah lucu kucing-kucingku. Meski ada beberapa yang menyeramkan. Seperti, saat kucingku membawa masuk kadal ke dalam rumah di siang hari atau membawa masuk  burung di tengah malam saat hanya aku yang terjaga, yang kedua-duanya masih hidup. Tapi, lucu sih. 

Aku juga masih sering melakukan “kegilaan-kegilaan” bodoh. Seperti, makan es krim mocha dengan butiran coklat dan kacang mede saat hujan deras, sakit gigi dan sedikit batuk yang sedang kulakukan saat ini. Hey? Jangan menyalahkanku! Itu godaan yang berat. Aku suka es krim, suka mochachino, suka coklat, suka kacang mede, dan tidak suka sakit gigi apalagi sakit hati (apa sih?).

Aku masih aku, kan?
Ini bukan negeri pasir, meski banyak debu. Dan aku juga tidak punya musim dingin. Aku tak akan memaksa siapapun untuk tetap bersamaku.
Tapi ingatlah, ketika kau merasa sepi. Aku selalu merindukanmu.
Dan ingatlah, ketika kau butuh aku. Aku selalu di sini untukmu.
Siapapun kamu (kecuali perampok, pembunuh atau penjahat lainnya).
Tertanda:
Hati yang selalu bahagia,


Raga yang selalu baik-baik saja.


(anggap sajalah :p)



Aku.

Sisa-sisa Kita

Kita pernah berjalan bersama, begitu lama. Dalam berbagai rasa yang berbeda. Aku pernah memperjuangkanmu. Kamu pernah aku perjuangkan, berulang kali. Aku ingat, kita juga pernah tertawa bersama. Aku bahkan pernah memelukmu tiap kali kamu menangis.
Ketika langit mendung, aku pernah berlari mengejarmu. Sekedar membawakanmu payung. Lalu aku pulang kehujanan.
Aku pernah terjaga semalam suntuk untukmu. Waktu itu kamu demam.
Aku pernah membawakanmu setangkai mawar merah. Kamu sangat suka mawar merah. Waktu itu kamu menungguku dengan sepotong kue dan sekumpulan lilin yang sudah ditiup. Aku terlambat, tapi kamu tidak marah. Kamu malah memelukku yang basah kuyup didepan tamu undanganmu.
Malam kemarin, kamu datang padaku dengan setangkai mawar yang sudah layu, yang kuberi padamu di malam aku basah kuyup. Kamu bilang kamu jenuh padaku. Kamu mungkin hanya perlu waktu, pikirku.

Pagi tadi, aku melihatmu bergandengan tangan dengan seseorang yang jelas bukan aku. Dan aku tak pernah melihatmu tertawa selebar itu. Detik itu aku tahu, aku harus melepasmu.
Sore ini, lagi-lagi aku mengenangmu dan (tanpa) berharap kamu datang padaku.
(Menyadari) aku yang masih mencintaimu, meski melepasmu.
Ditemani secangkir kopi tanpa gula, setangkai mawar yang sudah layu, dan sisa-sisa kita.
..........

Oh iya juga sedikit sesak di dada...

Selasa, 25 Februari 2014

Hujan ini...

Aku sering merasa hubungan lain lebih indah dibandingkan dengan yang sedang kita jalani, mereka terlihat bahagia, terlihat tak ada penghalang, semua seperti mulus saja, maaf jika aku beranggapan seperti itu, maaf jika aku tak pernah bersyukur dengan apa yang sudah kita dapat saat ini. Aku sepenuhnya bahagia menjalani ini, aku seutuhnya merasa sempurna dengan apa yang kita miliki, hanya saja mungkin aku rindu dengan kita, tapi bukan kita yang sekarang. Tapi aku tak apa dengan keadaan kita yang seperti ini, meski untuk ada pelangi tak harus menunggu hujan, tapi pelangi dibalik hujan itu lebih indah. Kamu mengerti sayang? Aku tau, mungkin kita bisa dapatkan kebahagiaan instan, tapi aku juga mengerti satu hal, setiap hal yang kita dapatkan dengan begitu mudahnya, akan dengan mudah juga kita kehilangannya. Dan tenang saja aku masih tetap setia menunggu pelangi yang hadir setelah hujan reda. Aku masih akan selalu meyakini setiap masalah yang hadir bersama hikmahnya. Aku hanya perlu mempersiapkan diri untuk terjatuh, agar saat aku benar jatuh nantinya, aku tak akan terlalu merasakan sakit karna semuanya sudah aku persiapkan. Aku mempersiapkan hatiku untuk kamu hancurkan. Kamu tau kenapa aku melakukan itu? Karna aku yakin kamu tak akan pernah bahkan berniatpun tidak untuk menghancurkan hatiku. Aku hanya butuh lebih kuat, itu saja.

Sabtu, 01 Februari 2014

Tentang Orang yang Berjalan Bersisian

Aku bertemu kamu di persimpangan jalan kehidupan. Awalnya aku merasa biasa saja karena aku sudah cukup terbiasa bertemu orang baru dan berkenalan. Tidak ada yang menarik pada awalnya. Kamu sama seperti yang lainnya, ramah di awal di hadapan semua wanita.
Setelah berbicara dan bertukar informasi mengenai pribadi masing-masing ala kadarnya, kita akhirnya tau tujuan kita sama. Dihadapan kita terhampar ratusan jalan yang berbeda namun tetap berujung di satu titik yang sama. Saat itu aku yang sangat apatis terhadap orang lain tidak memperdulikan jalan mana yang akan kau ambil. Persetan dengan orang lain, aku tidak peduli. Yang aku perdulikan hanyalah jalan yang kutempuh demi satu tujuan.
Aku meninggalkanmu di belakang dan memilih kembali melanjutkan perjalananku sendirian tanpa menoleh ke belakang. Bagiku, tujuan hidupku adalah apa yang terbentang di depanku, dan apa yang ada di belakangku hanyalah sesuatu yang tidak perlu aku kaji ulang karena hanya akan menghambat langkahku.
Di tengah perjalananku ternyata aku kembali bertemu kamu. Tidak ku sangka bahwa kau akan mengambil jalan yang sama. Di jalur ini kau tidak akan pernah bisa berhenti dan berputar arah kembali ke belakang. Karena itulah sebenarnya aku memilih jalur ini. Jalur ini tidak banyak memberi pilihan namun apa yang ia sediakan hanyalah ketegasan. Aku tak menyangka kau akan memilih jalur ini juga, karena tidak banyak orang yang suka untuk tidak diberi kebebasan memilih banyak pilihan.
Dari pertemuan ke dua ini aku tergelitik untuk mengetahui lebih banyak tentangmu. Kita mulai bercengkrama berkenalan lebih jauh. Saling menggali informasi tentang diri masing-masing. Alangkah terkejutnya aku begitu menemukan begitu persamaan di antara kepribadian kita, cara berpikir, dan bagaimana kita bereaksi terhadap sesuatu. Perjalanan ini terasa menyenangkan karena aku bertemu sosok yantg dapat aku mengerti dan mengerti aku semudah memahami diri sendiri.
Lama kelamaan perjalanan ini terasa jauh lebih menarik. Kita bisa tertawa bersama atas lelucon yang mungkin hanya kita berdua yang mengerti, kita bisa punya pandangan yang sama walau aku yakin orang akan menganggapnnya 'nyentrik', kitapun punya minpi yang sama, yang orang-orang pikir sia-sia dan tidak akan pernah mungkin tercapai. Kita berbahagia di atas semua pemikiran miring orang-orang. Menurut mereka kita ini gila dan tidak masuk akal, menurut kita mereka hanyalah orang-orang yang tidak berani mengekspresikan dirinya dan terkekang dalam pola pikir yang membosankan.
Waktu berlalu lebih cepat dari apa yang kita bayangkan. Perjalanan ini tak kunjung menemukan ujungnya yang menandakan semuanya masih jauh untuk mencapai tujuan. Sementara kita berdua sudah mulai merasa bosan karena tidak bisa menemukan hal baru untuk dipelajari. Kita juga sudah mati kebosanan dengan diri masing-masing. Kita mulai menyangsikan apakah kita masih sanggup untuk tetap melaju ke depan mencapai tujuan berdua? Sekarang setiap lelucon yang terlontar hanyalah kehampaan dan setiap derai tawa yang terurai hanyalah kebisuan. Aku rasanya sudah tidak sanggup.
Kali ini aku berpikir apa yang mesti ku perbuat. Haruskah aku melanjutkan perjalanan ini bersamanya meski aku harus berjuang mati-matian melawan kehampaan? Ataukah aku harus berhenti sejenak melawan arus yang jalur ini haramkan kemudian membiarkannya berjalan duluan dan meninggalkanku di belakang di mana artinya ia tak akan perbah bisa melihatku lagi?
Aku terkekang dalam kebimbangan. Beginikah rasanya memilih di antara pilihan yang sama sekali tidak bisa dipilih?

Ngelindur Pagi

Oh yeah it’s about 1 AM and I still awake. Udah cukup nyampah di twitter kemudian gue melipir ke blog. Coba kita lihat apa yang bisa gue tulis di pagi buta. Curhatan mungkin? *emangnya pernah gitu blog gue isinya ga curhat?*
Pada awalnya gue berpikir apa gunanya dia kembali lagi apabila pada akhirnya hanya akan berujung seperti ini. Kita baik-baik saja ketika jarak memisahkan raga. Kita baik-baik saja ketika jarak membuat segalanya terasa dua kali lipat lebih kuat dari biasanya, rasa rindu, cinta, dan cemburu. Kita baik-baik saja, hingga akhirnya kita berhasil menumpas jarak kemudian mendekatkan raga. Namun, pada akhirnya jarak nyata lah yang telah menjarakkan hati. Kita menjadi tidak baik-baik saja ketika tak ada jarak yang bisa ditempuh. Kita menjadi tidak baik-baik saja ketika kedekatan raga menjauhkan hati.
Apabila ini jarak nyata, semuanya bisa kutempuh dengan berjalan. Kemudian bisa kukejar dengan berlari, atau kugapai dengan berenang. Namun apabila ini mengenai jarak yang semu, lantas aku bisa apa? Haruskah kita sama-sama maju selangkah untuk bersatu namun kemudian mundur seribu langkah untuk kemudian berpisah? Maka dari ini kita sudah memutuskan untuk tidak lagi mencoba maju selangkah untuk mendekatkan diri. Namun akhirnya kita mencoba berbalik arah dan melangkah berlawanan. Jalan kita ternyata berbeda, langkah kita ternyata tak sama, namun tujuan kita pasti searah. Sama-sama ingin bahagia, sama-sama ingin menemukan cinta, di penghujung jalan yang berbeda.
********
Hahaha astaga gue ga nyangka bisa ngepost sepuitis ini. Aww, apa iya titik kulminasi depresi dan galau itu emang ada dijam-jam kayak begini? Apa bener inspirasi harus mengetuk benak sepagi ini? Kalo gini sih adek gak kuat bang. Ntar yang ada kantung mata gue jadi couple-an ama Pak SBY (--;)
So, yasudahlah ya cukup untuk pagi ini. Let’s sleep for better future. It’s to early to say “Good Morning” and it is too late to say “Good Night”. So, Good MorNight everybody. Have a nice day, and I love you so much :)

When I Decide To Leave !



#nowplaying: Agnes Monica-Rapuh
Hah!
Lagunya nusuk banget ya masbroh, asli gue udah lama gak nulis disini. Terakhir itu nulis something like puisi sajak or whatever deh.
Well, ngapain lagi gue sekarang kalo bukan galau. Yayaya, galau yang sama karena orang yang sama. Kadang gue ngerasa capek sendiri kayak gini, kadang gue ngerasa nyia-nyiain hidup gue banget buat orang yang bahkan gue gatau apa dia pernah sekali aja mikirin gue. Sakit? Ini jauh lebuh dari sekedar sakit ataupun nyesek.
Pada awalnya gue berpikir kalo gue sabar pasti gue bisa bareng dia. Gue udah nunggu sampe dia jadi single dulu, gue sabar, dan gue gapernah recokin hubungan dia sama (mantan) pacarnya, sampe finally mereka putus juga. Gue seneng pada awalnya karna gue pikir penantian gue mendapatkan titik sekarang, tapi kembali kesabaran gue diuji. Kita dipisahkan oleh jarak yang gabisa dibilang deket juga. Itu yang bikin semuanya semakin sakit buat gue. Jarak! Jarak itu bisa diibaratkan sebagai kaca pembesar dalam sebuah hubungan. Rasa kangen yang kecil bisa jadi gede banget kalo ada jarak. Bahkan rasa sakitpun juga gitu.
Awalnya gue pikir gue masih bisa sabar lagi, tapi entah kenapa makin kesini gue makin seperti gapunya harapan lagi. Jarak membuat komunikasi jadi terhadang, lost contact! The most disaster ever! Mungkin baiknya gue punya hubungan ama anak Komunikasi aja kali yaa biar ga terhambat ama masalah yang beginian. Communication is the most important thing in a relationship. Sekarang untuk sekedar ngobrol aja kita udah jarang banget. So, adakah harapan?
Saat ini gue coba merenungi apa yang sebenarnya gue lakukan. Gue menjadi seseorang yang jatuh cinta diam-diam dan menunggu orang yang sangat tidak peka untuk membalas atau sekedar tahu tentang apa yang gue rasain ini. Dan setelah gue pikir-pikir lagi, gaada gunanya lagi gue nunggu. Toh kalopun dia tau dia juga gabakal bales kan? So simple!
Mungkin ini akhir dari segala penantian gue, gue memutuskan untuk menyerah. Sekarang gue udah jauh dari dia, jadi gabakal sulit buat gue ngelupain dia (I hope so). Haaaaaaah, sumpah ini udah depresi banget gatau mesti ngapain. Gue udah kayak orang gila akhir-akhir ini, pelototin RU berharap dia update something, pelototin timeline berharap dia ada di sana, pelototin handphone berharap ada nama dia disana. But I just got nothing :’)
Selama pengorbanan gue, penantian gue, gaada yang membuahkan hasil, gaada yang appreciate. Its like I do something meanless. Ga berguna! Bahkan ga dihargai sama sekali.  Mungkin ini udah saat nya gue move on. Udah saatnya menghadapi realitanya, dia emang bukan buat gue. Pasti bakalan sakit, pasti! Tapi lebih baik gitu bukan, sakit yang luar biasa tapi abis itu lega, ketimbang disakitin perlahan-lahan kemudian dimatikan perasaannya.
So this is the end of our lovestory dear, hope you’ll find your best. Maybe she is not me, but never mind, I’m okay. Or…. I try to be OK.
Makasih buat semua rasa ini, makasih udah sempat jadi moodbooster, makasih udah pernah bikin gue bener-bener seneng Cuma dengan ngeliat nama lo ada di inbox gue. Makasih lo selalu bikin gue ngerasa nyaman sama kehadiran lo meskipun Cuma buat ngeledekin gue. Makasih udah sempet jagain gue, anterin gue pulang, dan kasih perhatian simpel (yang mungkin lo ga inget) tapi punya makna dalem buat gue. Makasih juga udah mengabaikan gue, gue tau itu bukan salah lo kok, guenya aja yang terlalu memaksakan diri.
Gue gapernah menyesal peranh sayang sama lo, gue ga pernah nyesel dibikin galau sama lo, kita ambil positifnya aja, gue jadi bisa ngisi blog ini dengan  kegalauan gue. Gue bener-bener seneng pernah ketemu lo dimasa-masa terindah hidup gue. Meskipun akhirnya harus begini, tapi gapapa this is the best love story I ever had meskipun lo mungkin ga pernah tau langsung dari gue atau malah gatau sama sekali. Well, goodbye yaa little boy, rajin rajin kerjanya disana, jaga diri baik baik yaa, eat your food regularly. Mungkin nanti kalo lo balik gue bakalan kasih tau semuanya ke lo. Tapi yaaa sudahlah ya semuanya sudah habis.
Thankyou yaa, setidaknya semuanya terjadi karna gue yang memutuskan, gue yang memutuskan mencintai, gue pula yang memutuskan untuk melupakan. That’s all about choice!
 

♥ Diary Online ♥ Copyright 2011 My Sweet Blog kage Designed by Templates By Blogger Styles | Blogger Image by Tadpole's Notez