Musuh besar itu bernama Malas dan Takut

Diposting oleh Unknown di Jumat, November 09, 2012

Pernah gak sih ngerasain sesuatu yang kalian sebenernya pengen banget melakukan tapi selalu ada satu sisi hati disudut menyamping melambaikan bendera takut dan kemudian di satu sisi lainnya si males ikut-ikutan memprovokatorin diri walhasil sukses gak jadi melakukan kegiatan atau sesuatu yang pengen dilakukan itu. keduanya seperti berdampingan bersahabat menghantui diri disetiap kita ingin melakukan hal yang ingin dan harus kita lakukan. Dan seringkali si malas dan takut selalu menang. Akibatnya? Ya jadinya kita gak maju-maju karena nurut aja sama malas dan takut. Rupanya niat aja gak cukup untuk memotivasi diri melakukan sesuatu , karena kadang 2 sahabat itu selalu hadir saat kita udah mau ‘melangkah’ memulai sesuatu. Dan Cuma ada 2 pilihan, lawan atau pasrah kalah.
Gak mudah memang, susah, susah bangeeeet malah. Berdasarkan pengalaman pribadi gue itu 2 sahabat kayak udah temenan deket sama jiwa dan raga, tapi jangan sampe mendarah daging. (amit-amiiiitt)
Malas itu penyakit, dan takut itu bawaan lahir, eh ngak deh takut itu kebiasaan. Berarti penyakit itu pasti bisa sembuh, kecuali penyakitnya udah kronis itu mesti di operasi biar sembuh.  Sekalipun sakitnya itu sakit jiwa atau sakit hati, ya pokoknya yang namanya sakit pasti bisa sembuh. Intinya yang namanya penyakit pasti bisa sembuh. Jadi malas juga bisa sembuh. (horee berarti gue masih punya harapan!). caranya adalah Melawan. Ya melawan, ketika si malas udah ngibar-ngibarin bendera kebangsaannya itu kita harus tembak, bakar, telen, cincang habis sampai gak bersisa. Kalo gak bisa nembak, gak ada korek, gak ada pisau dan gak doyan benderanya si malas, yaudah cuekin aja si malas yang sedang mengibarkan benderanya untuk merayu-rayu langkah kita. Jalan terus maju dan jangan hiraukan, satu-satunya obat untuk membunuh malas adalah ‘paksakan’.


Dan kalau kita sudah menang melawan malas, sekarang giliran takut yang menghadang. Takut itu sebelas duabelas sama malas, mempunyai misi sama dalam mematikan langkah kita untuk maju. takut ini yang mengerdilkan diri, dan akhirnya bener-bener jadi kerdil. Takut itu kebiasaan, jadi kalau kita membiasakan untuk berani, kebiasaan takut pun pasti hilang. Berani lah. Berani itu membesarkan diri sekalipun orangnya (maaf) kecil. Lebih baik punya badan kerdil tapi jiwanya yang berani daripada badannya tinggi besar tapi jiwanya kerdil. Jika kita udah bisa mengatasi dan melawan si musuh besar itu, gue yakin musuh-musuh selanjutnya juga pasti bakal bisa dilewati dengan mudah. Keep fighting and we will go on :)

0 komentar on "Musuh besar itu bernama Malas dan Takut"

Posting Komentar

Jumat, 09 November 2012

Musuh besar itu bernama Malas dan Takut


Pernah gak sih ngerasain sesuatu yang kalian sebenernya pengen banget melakukan tapi selalu ada satu sisi hati disudut menyamping melambaikan bendera takut dan kemudian di satu sisi lainnya si males ikut-ikutan memprovokatorin diri walhasil sukses gak jadi melakukan kegiatan atau sesuatu yang pengen dilakukan itu. keduanya seperti berdampingan bersahabat menghantui diri disetiap kita ingin melakukan hal yang ingin dan harus kita lakukan. Dan seringkali si malas dan takut selalu menang. Akibatnya? Ya jadinya kita gak maju-maju karena nurut aja sama malas dan takut. Rupanya niat aja gak cukup untuk memotivasi diri melakukan sesuatu , karena kadang 2 sahabat itu selalu hadir saat kita udah mau ‘melangkah’ memulai sesuatu. Dan Cuma ada 2 pilihan, lawan atau pasrah kalah.
Gak mudah memang, susah, susah bangeeeet malah. Berdasarkan pengalaman pribadi gue itu 2 sahabat kayak udah temenan deket sama jiwa dan raga, tapi jangan sampe mendarah daging. (amit-amiiiitt)
Malas itu penyakit, dan takut itu bawaan lahir, eh ngak deh takut itu kebiasaan. Berarti penyakit itu pasti bisa sembuh, kecuali penyakitnya udah kronis itu mesti di operasi biar sembuh.  Sekalipun sakitnya itu sakit jiwa atau sakit hati, ya pokoknya yang namanya sakit pasti bisa sembuh. Intinya yang namanya penyakit pasti bisa sembuh. Jadi malas juga bisa sembuh. (horee berarti gue masih punya harapan!). caranya adalah Melawan. Ya melawan, ketika si malas udah ngibar-ngibarin bendera kebangsaannya itu kita harus tembak, bakar, telen, cincang habis sampai gak bersisa. Kalo gak bisa nembak, gak ada korek, gak ada pisau dan gak doyan benderanya si malas, yaudah cuekin aja si malas yang sedang mengibarkan benderanya untuk merayu-rayu langkah kita. Jalan terus maju dan jangan hiraukan, satu-satunya obat untuk membunuh malas adalah ‘paksakan’.


Dan kalau kita sudah menang melawan malas, sekarang giliran takut yang menghadang. Takut itu sebelas duabelas sama malas, mempunyai misi sama dalam mematikan langkah kita untuk maju. takut ini yang mengerdilkan diri, dan akhirnya bener-bener jadi kerdil. Takut itu kebiasaan, jadi kalau kita membiasakan untuk berani, kebiasaan takut pun pasti hilang. Berani lah. Berani itu membesarkan diri sekalipun orangnya (maaf) kecil. Lebih baik punya badan kerdil tapi jiwanya yang berani daripada badannya tinggi besar tapi jiwanya kerdil. Jika kita udah bisa mengatasi dan melawan si musuh besar itu, gue yakin musuh-musuh selanjutnya juga pasti bakal bisa dilewati dengan mudah. Keep fighting and we will go on :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

♥ Diary Online ♥ Copyright 2011 My Sweet Blog kage Designed by Templates By Blogger Styles | Blogger Image by Tadpole's Notez