Pernah gak sih ngerasain sesuatu
yang kalian sebenernya pengen banget melakukan tapi selalu ada satu sisi hati
disudut menyamping melambaikan bendera takut dan kemudian di satu sisi lainnya
si males ikut-ikutan memprovokatorin diri walhasil sukses gak jadi melakukan
kegiatan atau sesuatu yang pengen dilakukan itu. keduanya seperti berdampingan
bersahabat menghantui diri disetiap kita ingin melakukan hal yang ingin dan
harus kita lakukan. Dan seringkali si malas dan takut selalu menang. Akibatnya?
Ya jadinya kita gak maju-maju karena nurut aja sama malas dan takut. Rupanya
niat aja gak cukup untuk memotivasi diri melakukan sesuatu , karena kadang 2
sahabat itu selalu hadir saat kita udah mau ‘melangkah’ memulai sesuatu. Dan
Cuma ada 2 pilihan, lawan atau pasrah kalah.
Gak mudah memang, susah, susah bangeeeet malah. Berdasarkan pengalaman pribadi gue itu 2 sahabat kayak udah temenan deket sama jiwa dan raga, tapi jangan sampe mendarah daging. (amit-amiiiitt)
Gak mudah memang, susah, susah bangeeeet malah. Berdasarkan pengalaman pribadi gue itu 2 sahabat kayak udah temenan deket sama jiwa dan raga, tapi jangan sampe mendarah daging. (amit-amiiiitt)
Malas itu
penyakit, dan takut itu bawaan lahir, eh ngak deh takut itu kebiasaan. Berarti
penyakit itu pasti bisa sembuh, kecuali penyakitnya udah kronis itu mesti di
operasi biar sembuh. Sekalipun sakitnya itu sakit jiwa atau sakit hati,
ya pokoknya yang namanya sakit pasti bisa sembuh. Intinya yang namanya
penyakit pasti bisa sembuh. Jadi malas juga bisa sembuh. (horee berarti
gue masih punya harapan!). caranya adalah Melawan. Ya melawan, ketika si malas
udah ngibar-ngibarin bendera kebangsaannya itu kita harus tembak, bakar, telen,
cincang habis sampai gak bersisa. Kalo gak bisa nembak, gak ada korek, gak ada
pisau dan gak doyan benderanya si malas, yaudah cuekin aja si malas yang sedang
mengibarkan benderanya untuk merayu-rayu langkah kita. Jalan terus maju dan
jangan hiraukan, satu-satunya obat untuk membunuh malas adalah ‘paksakan’.
Dan kalau kita sudah menang melawan malas, sekarang giliran takut yang menghadang. Takut itu sebelas duabelas sama malas, mempunyai misi sama dalam mematikan langkah kita untuk maju. takut ini yang mengerdilkan diri, dan akhirnya bener-bener jadi kerdil. Takut itu kebiasaan, jadi kalau kita membiasakan untuk berani, kebiasaan takut pun pasti hilang. Berani lah. Berani itu membesarkan diri sekalipun orangnya (maaf) kecil. Lebih baik punya badan kerdil tapi jiwanya yang berani daripada badannya tinggi besar tapi jiwanya kerdil. Jika kita udah bisa mengatasi dan melawan si musuh besar itu, gue yakin musuh-musuh selanjutnya juga pasti bakal bisa dilewati dengan mudah. Keep fighting and we will go on :)
0 komentar on "Musuh besar itu bernama Malas dan Takut"
Posting Komentar