Gue selalu mencari ‘gaya’ yang cocok buat gue pake dalam keseharian gue.
Gaya? Apa itu gaya dalam definisi gue? Gampangnya sih, mindset gue
dalam menghadapi keseharian gue. Dan yah, gue udah mengganti gaya
tersebut beberapa kali semenjak mengenal konsep ini dari SMP. Dari yang
pemalu abis, sok-sok berani nantangin orang, penghuni pojokan kelas yang
suram, si ceria yang selalu menebar senyum, pembenci eksistensi orang
lain yang ngga pernah menganggap dirinya, si kesepian yang ngga punya
teman, penolong semua orang disaat kesusahan, dan si skeptis-apatis yang
masa bodoh sama yang namanya relasi dengan orang lain.
Itu
semua berganti-ganti menempati posisi kendali dikepala gue. Menetukan
setiap tindakan yang sekiranya akan gue lakukan. Dan untuk beberapa
waktu, disaat gue sering mengganti tipe-tipe gaya ini, ngga jarang gue
dibilang ngga konsisten, payah, plin-plan, dan sebutan lainnya yang
bunyinya ngga enak, great. Dan sebenernya untuk apakah gue mengganti itu
semua? Alasannya ada dua, yang pertama untuk kebaikan orang lain, dan
yang kedua untuk kebaikan gue sendiri. Untuk orang lain, hmm.. sound’s
silly, tipe ini biasanya muncul menstimulus otak gue untuk
menggunakannya disaat gue ‘merasa’ bersosialisasi itu perlu, gue senyum,
ketawa, dan membaur.
Ngga jarang gue bersikap sok bijak yang
ingin ngebantu orang lain untuk ‘menyelesaikan’ masalahnya. Poin yang
selalu gue inget ampe sekarang : masalah orang akan selesai walaupun
kita ngga membantunya. Entah terlupakan oleh waktu, atau terlindas
kebahagiaan yang lewat, lelah mikirin atau apapun, pasti.
Dan
untuk gue sendiri, muncul disaat gue merasa membaur sama manusia lain
melelahkan, cape, dan sebagaimanapun gue berusaha gue ngga pernah akan
mendapatkan apa yang gue harapkan dari orang lain, law of attraction
tampak ngga berlaku di sini. Selalu ada yang salah, dan selalu merasa
bodoh ketika gue berpikir bersosialisasi dengan orang lain secara
langsung itu adalah keperluan kita sebagai manusia, tapi hey, lihat!
Sekarang gue bisa bertahan di kamar 24 jam hanya dengan modal internet,
such a nice way of life—i think.
Kembali ke hubungan dengan orang
lain, gue capek karena hampir selalu gagal—lihat kata hampir—ada
beberapa kesempatan yang membuat gue melakukan sujud syukur karena
kesempatan itu datang dan gue dengan sukses meraihnya, yeah, gue
berterima kasih karena diberi beberapa orang yang sejujurnya ngga mau
mereka hilang dari hidup gue. Terutama karena mereka adalah hasil jerih
payah gue yang gue lakukan di dunia nyata, i love them. Hubungan yang
gue dapet dengan mereka adalah hubungan yang luar biasa pembentukannya,
salah satunya malah baru merasa deket setelah 12 tahun menjalin hubungan
yang so-so aja. Menyenangkan punya mereka walaupun jarak harus membuat
gue membenturkan kepala ketembok saking kangennya *halah*
Untuk
networld, nah..Gue dah ngga bisa berkata banyak lagi soal dunia yang
satu ini soal relasi yang ada didalamnya. Oke, mengutip kata seseorang,
“Untuk apa menting-mentingin hubungan net? Ngilang satu pun ngga bakal
ngaruh kan?” yeah, he’s bloody damn rite. Arus networld itu terlalu
ganas hanya untuk fokus ke 2-3 orang, orang baru datang, orang lama
pergi, andai ngga ada kesan, maka jangan harap ada di kepala seseorang
yang ada di networld. Kampretnya, hal itu benar. Tapi apakah salah juga
andaikan ingin mempertahankan rekan networld ini? Ada beberapa yang
terlalu dekat untuk mudah dilupakan, menyebalkan, eh? Konflikpun lebih
gampang terjadi, maksud dan tujuan jarang sampai ke tempatnya dengan
mulus ngga sedikit gue, apalagi yang menset pikiran gue untuk masa bodo
sama orang lain ngebuat orang laen sakit hati karena maksud gue
sebenarnya ngga tersampaikan. Oh yah, au deh.
Oke, isi dari post
ini adalah menyampaikan maksud gue yang ngga tersampaikan, kok malah
jadi panjang lebar basa-basi gini? Intinya, gue selalu merubah mindset
gue untuk yang lebih baik, menyempurnakan yang satu, menggabungkannya
dengan yang lain dan menggunakannya untuk kepentingan gue sendiri dan
tentunya beberapa persen untuk kebaikan orang lain yang berinteraksi
sama gue. Kalau ada yang ngga suka dan kaget karena perubahan tersebut,
itu konsekuensi yang harus gue ambil. Dan karena gue dalam pola pikir
orang yang cukup menyebalkan, gue ngga akan menawarkan sesuatu lebih
dari dua kali. Take it, or leave it. Ngga pernah menganggap, atau
bermaksud merendahkan orang lain.
Dan yah, andaikan emang capek
dan memutuskan untuk say goodbye ya itu pilihan elo kok. Di jidat gue
udah ada tulisan, “hati-hati, orang menyebalkan” sejak awal. Dan gue
mewajarkan andaikan suatu saat lo jadi benci dan muak sama gue, haha.
Oke? See you around.wakakaka
0 komentar on "'itu' tertulis di jidat gue, baca aja.. "
Posting Komentar