Menipu
diri sendiri kadang menjadi pilihan terakhir yang paling tepat untuk dilakukan
daripada harus melihat orang yang kita sayang merasa terluka atau tersakiti
terus-terusan. Terlihat bodoh ya? Aku mengerti, ini tak benar, akan ada yang
tersakiti; dan paling pasti itu aku, si penipu diri sendiri. Tapi bukan tanpa
alasan aku melakukan ini semua, memang banyak hal yang sulit dimengerti di
dunia ini, namun yang saat ini aku pilih, aku mengerti, ada saatnya untuk
merelakan orang yang kita sayang, bukankah cinta memang tak harus saling
memiliki ? :)
Aku
membebaskan dia, orang yang ku sayang. Biarkan dia mencari jalannya sendiri. Cinta
memang sulit dijelaskan dengan kata-kata. Jujur, aku memang ingin menahannya,
berharap dia akan selalu disini bersamaku, seburuk apapun kondisiku nanti.
Tapi balik lagi, tidak semua yang diinginkan bisa tercapai, karena ini hidup bukan
sekedar dongeng penuh kebahagiaan. Ada saatnya terjatuh, terluka dan terhempas.
Mungkin
ini terlihat sangat aneh, ketika aku mengatakan pada semua orang yang aku kenal
bahwa aku sangat menyayanginya dan berharap dia jadi satu-satunya yang terakhir
dalam hidup tapi pada ahirnya aku hanya membiarkannya pergi begitu saja. Iya
terlihat sangat aneh bila itu hanya dilihat dari satu sudut pandang saja. Cinta
tak butuh penjelasan, sudah sering dengar kalimat itu kan ? yang terjadi
sekarang ini ya seperti itulah sebelas dua belas.
Mempertahankan
dia selalu, selelah apapun aku selama ini, berharap lebih padanya, apa ini tak
cukup ku sebut dengan ‘cinta’? menyayanginya, memberikan segala hal yang dia
inginkan, menuruti semua apa yang dia mau meski kadang tak sejalan dengan
inginku, apa itu belum cukup menjadi bukti? Dan sekarang saat dia ingin pergi,
aku mengiyakannya, menuruti keinginannya untuk melepasnya pergi, apa itu
terlihat bodoh ? bukan, ini bukan suatu kebodohan, tapi ini apa yang ku sebut
‘cinta’.
Iya
memang, aku terlihat bodoh, mau saja ditinggalkan setelah sekian lama bersabar
dalam penantian, rela menunggu dan sering diabaikan padahal ujung-ujungnya juga
menjadi yang tersakiti. Tak bisakah kalian lihat, inilah ketulusan dari cinta
itu sendiri. Melepaskan tak semudah saat mengucapkan “goodbye”, tak pernah
semudah itu. Tapi memilih menahan orang yang kita sayang untuk selalu bersama
kita padahal dia sudah tidak menginginkan hal yang sama itu bukan pilihan yang
bijak. Aku menyayanginya, pasti. Aku tak ingin melihat dia orang yang ku sayang
tersiksa dalam keadaan ini, meski alasan yang dia katakan saat memilih pergi
tidak masuk akal setelah sekian lama kami sama-sama bertahan dalam hubungan
yang seperti ini. Aku akan membiarkannya, merelakan dia memilih apa yang dia
mau, menuruti segala hal yang menurutnya baik untuk dirinya sendiri, mengerti
dengan kebahagiaan yang ingin dia dapatkan disana, karena aku tau kebahagiaan
dia bukan selalu bersamaku.
Aah,
aku ingin menarik nafas dengan lega sekarang, karna pada ahirnya aku tau, kali
ini aku benar-benar bisa mengerti arti dari cinta itu sendiri, cinta yang
awalnya rumit untuk dipahami. Aku bersyukur diakhir jalan ceritaku bersamanya
aku menyadari aku benar-benar menyayanginya, cinta yang kumiliki untuknya
bukan lagi sekedar cinta monyet yang mementingkan ego sendiri. Aku tau
sekarang, ini bukan sebuah kalimat gombal yang mudah diucapkan dulu saat aku
masih terlalu kekanakkan mengenai ‘cinta’. Aku menyayanginya. Menyayangi orang
yang ku relakan pergi, menyayangi orang yang ku relakan dirinya meraih mimpinya
sendiri, menyayangi orang yang ku relakan menjalani hidupnya tanpa aku sebagai
bagian dalam cerita hidupnya.
“Maaf
ya, aku tak pernah bisa menjadi yang terbaik, bahkan aku tak bisa menyebutkan
satu alasan saja mengapa aku begitu menyayangimu seperti ini saat kamu tanyakan
hal ini padaku. Maaf bila bersamaku hanya menyisakan luka. Maaf, aku tak pernah
bisa ada disisimu saat kamu butuh bahu untuk bersandar saat kamu lelah
menjalani hidupmu. Maaf, aku tak pernah bisa jadi apa yang kamu mau walaupun aku
selalu mencobanya. Maaf, maaf, maafkan aku :) semoga kamu
selalu menemukan kebahagiaanmu yang tak pernah kamu temukan saat bersamaku”
Itu
tadi kalimat terakhir yang ingin aku ucapkan ke dia tapi sampai saat ini belum
bisa aku ucapkan karena lagi-lagi, lebih baik aku menipu diri sendiri daripada
membebani dia dengan semua yang ku rasakan. Aaaa sudahlah, ini terakhir kali aku
mengatakan tentang ini, tentang betapa aku mencintainya dan saking cintanya
aku membiarkan dia pergi menyisakan kenangan yang entah kapan akan ikut pergi
juga.
Terimakasih..