Bagi sebagian besar para jomblo,
status itu merupakan suatu tekanan mental. Hal itulah yang terjadi pada salah
satu temanku. Dan kali ini aku tak akan menyebutkan namanya, untuk melindungi
masa depannya. Dia mengelak untuk disebut sebagai jomblo. Dia lebih suka
disebut “single”. Aku pernah menentang kalimatnya itu. Dia bersikeras
mengatakan bahwa single dan jomblo itu memiliki prinsip yang berbeda. Tapi aku
mengatakan kalau mereka memiliki nasib yang sama. Dan dia menunduk diam. Yaah,
memang kasihan sekali jomblo yang satu ini.
Dia, sebagai single. Atau lebih
tepatnya disebut jomblo itu memang rawan untuk merasakan galau. Dia sering
merasa tertekan dan berpikiran bahwa dunia akan runtuh menimpanya dalam waktu
sepersekian detik.