Sebait Kata Untuk Masa Lalu

Diposting oleh Unknown di Kamis, Februari 28, 2013
Kamu itu pergi, namun tak benar-benar pergi dari hidupku. Kamu mengatakan ini sudah selesai, namun kamu tak pernah mengakhiri ini semua. Kamu selalu mengatakan kamu sendirian, namun kamu tahu aku selalu ada untukmu. Dan disaat kamu mendapat seseorang yang mengikat hatimu, tak ada yang sanggup untuk aku lakukan.

                Aku terlalu canggung untuk mengucapkan salam. Walaupun hanya sebatas kata “hai” ataupun “halo”. Aku terlalu canggung untuk menyunggingkan seulas senyum. Walaupun hanya kita berdua yang ada di tempat ini. Aku terlalu canggung untuk ber-ramah tamah denganmu. Walaupun hanya bertanya “hari ini mendung ya?” ataupun “kamu mau kemana?” bahkan “heran ya, di cuaca sedingin ini ada saja manusia yang memakai celana 1/10” dan apapun hal yang sering kita bicarakan di masa lalu. Aku terlalu canggung untuk melakukan itu semua.
 
                Dan hei, dengarlah aku. Seberkas memoar di masa lalu. Sesosok bayang yang menyelimuti kalbu. Kamu tidak mengerti. Tidak akan pernah mengerti perasaanku. Hal yang ku rasakan dulu, saat ini, dan bahkan selamanya. Kau tahu? Ah, pasti tidak.
                Kau tahu di saat kau pergi meninggalkanku sendiri di sini? Membiarkan diriku mencabik semua perasaan yang kutimbun di dalam hati. Membiarkan diriku membakar semua memori yang kusimpan baik-baik di dalam otak. Membiarkan diriku menjerit tersiksa menahan rasa sakit yang ku alami. Kau tahu? Ah, pasti tidak.
                Kau tahu seberapa keras aku mencoba melupakanmu? Kau tahu seberapa keras usaha  sahabat yang lain membuatku tersenyum. Hanya tersenyum! Hanya tersenyum pun aku tak bisa melakukannya. Kau tahu seberapa keras usaha mereka menyadarkanku dari keterpurukan yang ku alami? Menyadarkanku bahwa kau memang sudah pergi. Bahwa kau tak akan pernah kembali lagi. Membuatku menangis untuk kesekian kalinya. Kau tahu? Ah, pasti tidak.
                Kau tahu berapa lama aku menyesuaikan diriku untuk hidup tanpamu? Menyesuaikan bibirku untuk tak menyebut namamu. Menyesuaikan telingaku untuk tak mendengar dentuman suaramu. Menyesuaikan mataku untuk tak menatap sosokmu. Menyesuaikan otak dan perasaanku untuk melupakanmu. Melupakan kenangan ini, dan melupakan perasaanku padamu. Ini terapi yang sangat menyakitkan. Kau tahu? Ah, pasti tidak.
                Hei, kau manusia bodoh. Kau tahu disaat sahabat sudah terlalu lelah untuk menghiburku? Kau tahu disaat mereka terlalu kesal dengan usaha menyadarkan diriku yang gagal? Aku sendiri, benar-benar sendiri. Aku terpuruk, dan benar-benar terpuruk. Yang mampu ku lakukan hanya menangis pilu. Kau tahu? Ah, pasti tidak.
                Dan hei, cobalah mendengarku. Aku tahu ini hanya seberkas memoar. Aku tahu ini sebatas bayang-bayang yang menyelubungiku. Memagariku dengan semua perasaan ini. Mengurungku dengan semua kenangan ini. Aku tahu! Namun, ini terlalu sulit untukku. Terlalu menyakitkan untukku. Kau tahu? Ah, pasti tidak.
                Manusia bodoh, dengarkan aku! Aku sedang berusaha. Berusaha menghindarimu. Berusaha memusuhimu. Dan satu hal yang pasti, berusaha melupakanmu. aku tahu kemarin di saat mereka menyadarkanku, bahwa aku masih merengek memintamu kembali. Aku tahu kemarin di saat mereka mengatakan bahwa aku tak bisa melupakanmu. Namun aku ingat dengan jelas saat tadi aku berkata pada diriku  bahwa hal yang harus ku lakukan hanyalah LUPAKAN. Dan inilah yang sedang ku lakukan. keputusan yang terbaik, MELUPAKANMU!

0 komentar on "Sebait Kata Untuk Masa Lalu"

Posting Komentar

Kamis, 28 Februari 2013

Sebait Kata Untuk Masa Lalu

Kamu itu pergi, namun tak benar-benar pergi dari hidupku. Kamu mengatakan ini sudah selesai, namun kamu tak pernah mengakhiri ini semua. Kamu selalu mengatakan kamu sendirian, namun kamu tahu aku selalu ada untukmu. Dan disaat kamu mendapat seseorang yang mengikat hatimu, tak ada yang sanggup untuk aku lakukan.

                Aku terlalu canggung untuk mengucapkan salam. Walaupun hanya sebatas kata “hai” ataupun “halo”. Aku terlalu canggung untuk menyunggingkan seulas senyum. Walaupun hanya kita berdua yang ada di tempat ini. Aku terlalu canggung untuk ber-ramah tamah denganmu. Walaupun hanya bertanya “hari ini mendung ya?” ataupun “kamu mau kemana?” bahkan “heran ya, di cuaca sedingin ini ada saja manusia yang memakai celana 1/10” dan apapun hal yang sering kita bicarakan di masa lalu. Aku terlalu canggung untuk melakukan itu semua.
 
                Dan hei, dengarlah aku. Seberkas memoar di masa lalu. Sesosok bayang yang menyelimuti kalbu. Kamu tidak mengerti. Tidak akan pernah mengerti perasaanku. Hal yang ku rasakan dulu, saat ini, dan bahkan selamanya. Kau tahu? Ah, pasti tidak.
                Kau tahu di saat kau pergi meninggalkanku sendiri di sini? Membiarkan diriku mencabik semua perasaan yang kutimbun di dalam hati. Membiarkan diriku membakar semua memori yang kusimpan baik-baik di dalam otak. Membiarkan diriku menjerit tersiksa menahan rasa sakit yang ku alami. Kau tahu? Ah, pasti tidak.
                Kau tahu seberapa keras aku mencoba melupakanmu? Kau tahu seberapa keras usaha  sahabat yang lain membuatku tersenyum. Hanya tersenyum! Hanya tersenyum pun aku tak bisa melakukannya. Kau tahu seberapa keras usaha mereka menyadarkanku dari keterpurukan yang ku alami? Menyadarkanku bahwa kau memang sudah pergi. Bahwa kau tak akan pernah kembali lagi. Membuatku menangis untuk kesekian kalinya. Kau tahu? Ah, pasti tidak.
                Kau tahu berapa lama aku menyesuaikan diriku untuk hidup tanpamu? Menyesuaikan bibirku untuk tak menyebut namamu. Menyesuaikan telingaku untuk tak mendengar dentuman suaramu. Menyesuaikan mataku untuk tak menatap sosokmu. Menyesuaikan otak dan perasaanku untuk melupakanmu. Melupakan kenangan ini, dan melupakan perasaanku padamu. Ini terapi yang sangat menyakitkan. Kau tahu? Ah, pasti tidak.
                Hei, kau manusia bodoh. Kau tahu disaat sahabat sudah terlalu lelah untuk menghiburku? Kau tahu disaat mereka terlalu kesal dengan usaha menyadarkan diriku yang gagal? Aku sendiri, benar-benar sendiri. Aku terpuruk, dan benar-benar terpuruk. Yang mampu ku lakukan hanya menangis pilu. Kau tahu? Ah, pasti tidak.
                Dan hei, cobalah mendengarku. Aku tahu ini hanya seberkas memoar. Aku tahu ini sebatas bayang-bayang yang menyelubungiku. Memagariku dengan semua perasaan ini. Mengurungku dengan semua kenangan ini. Aku tahu! Namun, ini terlalu sulit untukku. Terlalu menyakitkan untukku. Kau tahu? Ah, pasti tidak.
                Manusia bodoh, dengarkan aku! Aku sedang berusaha. Berusaha menghindarimu. Berusaha memusuhimu. Dan satu hal yang pasti, berusaha melupakanmu. aku tahu kemarin di saat mereka menyadarkanku, bahwa aku masih merengek memintamu kembali. Aku tahu kemarin di saat mereka mengatakan bahwa aku tak bisa melupakanmu. Namun aku ingat dengan jelas saat tadi aku berkata pada diriku  bahwa hal yang harus ku lakukan hanyalah LUPAKAN. Dan inilah yang sedang ku lakukan. keputusan yang terbaik, MELUPAKANMU!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

♥ Diary Online ♥ Copyright 2011 My Sweet Blog kage Designed by Templates By Blogger Styles | Blogger Image by Tadpole's Notez