Aku
terlalu canggung untuk mengucapkan salam. Walaupun hanya sebatas kata “hai”
ataupun “halo”. Aku terlalu canggung untuk menyunggingkan seulas senyum.
Walaupun hanya kita berdua yang ada di tempat ini. Aku terlalu canggung untuk
ber-ramah tamah denganmu. Walaupun hanya bertanya “hari ini mendung ya?”
ataupun “kamu mau kemana?” bahkan “heran ya, di cuaca sedingin ini ada saja
manusia yang memakai celana 1/10” dan apapun hal yang sering kita bicarakan di
masa lalu. Aku terlalu canggung untuk melakukan itu semua.
Dan
hei, dengarlah aku. Seberkas memoar di masa lalu. Sesosok bayang yang
menyelimuti kalbu. Kamu tidak mengerti. Tidak akan pernah mengerti perasaanku.
Hal yang ku rasakan dulu, saat ini, dan bahkan selamanya. Kau tahu? Ah, pasti
tidak.
Kau
tahu di saat kau pergi meninggalkanku sendiri di sini? Membiarkan diriku
mencabik semua perasaan yang kutimbun di dalam hati. Membiarkan diriku membakar
semua memori yang kusimpan baik-baik di dalam otak. Membiarkan diriku menjerit
tersiksa menahan rasa sakit yang ku alami. Kau tahu? Ah, pasti tidak.
Kau
tahu seberapa keras aku mencoba melupakanmu? Kau tahu seberapa keras usaha sahabat yang lain membuatku tersenyum. Hanya tersenyum!
Hanya tersenyum pun aku tak bisa melakukannya. Kau tahu seberapa keras usaha mereka menyadarkanku dari keterpurukan yang ku alami? Menyadarkanku
bahwa kau memang sudah pergi. Bahwa kau tak akan pernah kembali lagi. Membuatku
menangis untuk kesekian kalinya. Kau tahu? Ah, pasti tidak.
Kau
tahu berapa lama aku menyesuaikan diriku untuk hidup tanpamu? Menyesuaikan
bibirku untuk tak menyebut namamu. Menyesuaikan telingaku untuk tak mendengar
dentuman suaramu. Menyesuaikan mataku untuk tak menatap sosokmu. Menyesuaikan
otak dan perasaanku untuk melupakanmu. Melupakan kenangan ini, dan melupakan
perasaanku padamu. Ini terapi yang sangat menyakitkan. Kau tahu? Ah, pasti
tidak.
Hei,
kau manusia bodoh. Kau tahu disaat sahabat sudah
terlalu lelah untuk menghiburku? Kau tahu disaat mereka terlalu kesal
dengan usaha menyadarkan diriku yang gagal? Aku sendiri, benar-benar sendiri.
Aku terpuruk, dan benar-benar terpuruk. Yang mampu ku lakukan hanya menangis
pilu. Kau tahu? Ah, pasti tidak.
Dan
hei, cobalah mendengarku. Aku tahu ini hanya seberkas memoar. Aku tahu ini
sebatas bayang-bayang yang menyelubungiku. Memagariku dengan semua perasaan
ini. Mengurungku dengan semua kenangan ini. Aku tahu! Namun, ini terlalu sulit
untukku. Terlalu menyakitkan untukku. Kau tahu? Ah, pasti tidak.
Manusia
bodoh, dengarkan aku! Aku sedang berusaha. Berusaha menghindarimu. Berusaha
memusuhimu. Dan satu hal yang pasti, berusaha melupakanmu. aku tahu kemarin di saat mereka menyadarkanku, bahwa aku masih merengek memintamu kembali. Aku
tahu kemarin di saat mereka mengatakan bahwa aku tak bisa melupakanmu. Namun
aku ingat dengan jelas saat tadi aku berkata pada diriku bahwa hal yang
harus ku lakukan hanyalah LUPAKAN. Dan inilah yang sedang ku lakukan. keputusan
yang terbaik, MELUPAKANMU!
0 komentar on "Sebait Kata Untuk Masa Lalu"
Posting Komentar