Kita pernah berjalan bersama, begitu
lama. Dalam berbagai rasa yang berbeda. Aku pernah memperjuangkanmu. Kamu
pernah aku perjuangkan, berulang kali. Aku ingat, kita juga pernah tertawa
bersama. Aku bahkan pernah memelukmu tiap kali kamu menangis.
Aku pernah terjaga semalam suntuk
untukmu. Waktu itu kamu demam.
Aku pernah membawakanmu setangkai
mawar merah. Kamu sangat suka mawar merah. Waktu itu kamu menungguku dengan
sepotong kue dan sekumpulan lilin yang sudah ditiup. Aku terlambat, tapi kamu
tidak marah. Kamu malah memelukku yang basah kuyup didepan tamu undanganmu.
Malam kemarin, kamu datang padaku
dengan setangkai mawar yang sudah layu, yang kuberi padamu di malam aku basah
kuyup. Kamu bilang kamu jenuh padaku. Kamu mungkin hanya perlu waktu, pikirku.
Pagi tadi, aku melihatmu bergandengan tangan dengan seseorang yang jelas bukan aku. Dan aku tak pernah melihatmu tertawa selebar itu. Detik itu aku tahu, aku harus melepasmu.
Sore ini, lagi-lagi aku mengenangmu
dan (tanpa) berharap kamu datang padaku.
(Menyadari) aku yang masih
mencintaimu, meski melepasmu.
Ditemani secangkir kopi tanpa gula,
setangkai mawar yang sudah layu, dan sisa-sisa kita.
..........
Oh iya juga sedikit sesak di dada...
0 komentar on "Sisa-sisa Kita "
Posting Komentar