Tentang Orang yang Berjalan Bersisian

Diposting oleh Unknown di Sabtu, Februari 01, 2014
Aku bertemu kamu di persimpangan jalan kehidupan. Awalnya aku merasa biasa saja karena aku sudah cukup terbiasa bertemu orang baru dan berkenalan. Tidak ada yang menarik pada awalnya. Kamu sama seperti yang lainnya, ramah di awal di hadapan semua wanita.
Setelah berbicara dan bertukar informasi mengenai pribadi masing-masing ala kadarnya, kita akhirnya tau tujuan kita sama. Dihadapan kita terhampar ratusan jalan yang berbeda namun tetap berujung di satu titik yang sama. Saat itu aku yang sangat apatis terhadap orang lain tidak memperdulikan jalan mana yang akan kau ambil. Persetan dengan orang lain, aku tidak peduli. Yang aku perdulikan hanyalah jalan yang kutempuh demi satu tujuan.
Aku meninggalkanmu di belakang dan memilih kembali melanjutkan perjalananku sendirian tanpa menoleh ke belakang. Bagiku, tujuan hidupku adalah apa yang terbentang di depanku, dan apa yang ada di belakangku hanyalah sesuatu yang tidak perlu aku kaji ulang karena hanya akan menghambat langkahku.
Di tengah perjalananku ternyata aku kembali bertemu kamu. Tidak ku sangka bahwa kau akan mengambil jalan yang sama. Di jalur ini kau tidak akan pernah bisa berhenti dan berputar arah kembali ke belakang. Karena itulah sebenarnya aku memilih jalur ini. Jalur ini tidak banyak memberi pilihan namun apa yang ia sediakan hanyalah ketegasan. Aku tak menyangka kau akan memilih jalur ini juga, karena tidak banyak orang yang suka untuk tidak diberi kebebasan memilih banyak pilihan.
Dari pertemuan ke dua ini aku tergelitik untuk mengetahui lebih banyak tentangmu. Kita mulai bercengkrama berkenalan lebih jauh. Saling menggali informasi tentang diri masing-masing. Alangkah terkejutnya aku begitu menemukan begitu persamaan di antara kepribadian kita, cara berpikir, dan bagaimana kita bereaksi terhadap sesuatu. Perjalanan ini terasa menyenangkan karena aku bertemu sosok yantg dapat aku mengerti dan mengerti aku semudah memahami diri sendiri.
Lama kelamaan perjalanan ini terasa jauh lebih menarik. Kita bisa tertawa bersama atas lelucon yang mungkin hanya kita berdua yang mengerti, kita bisa punya pandangan yang sama walau aku yakin orang akan menganggapnnya 'nyentrik', kitapun punya minpi yang sama, yang orang-orang pikir sia-sia dan tidak akan pernah mungkin tercapai. Kita berbahagia di atas semua pemikiran miring orang-orang. Menurut mereka kita ini gila dan tidak masuk akal, menurut kita mereka hanyalah orang-orang yang tidak berani mengekspresikan dirinya dan terkekang dalam pola pikir yang membosankan.
Waktu berlalu lebih cepat dari apa yang kita bayangkan. Perjalanan ini tak kunjung menemukan ujungnya yang menandakan semuanya masih jauh untuk mencapai tujuan. Sementara kita berdua sudah mulai merasa bosan karena tidak bisa menemukan hal baru untuk dipelajari. Kita juga sudah mati kebosanan dengan diri masing-masing. Kita mulai menyangsikan apakah kita masih sanggup untuk tetap melaju ke depan mencapai tujuan berdua? Sekarang setiap lelucon yang terlontar hanyalah kehampaan dan setiap derai tawa yang terurai hanyalah kebisuan. Aku rasanya sudah tidak sanggup.
Kali ini aku berpikir apa yang mesti ku perbuat. Haruskah aku melanjutkan perjalanan ini bersamanya meski aku harus berjuang mati-matian melawan kehampaan? Ataukah aku harus berhenti sejenak melawan arus yang jalur ini haramkan kemudian membiarkannya berjalan duluan dan meninggalkanku di belakang di mana artinya ia tak akan perbah bisa melihatku lagi?
Aku terkekang dalam kebimbangan. Beginikah rasanya memilih di antara pilihan yang sama sekali tidak bisa dipilih?

0 komentar on "Tentang Orang yang Berjalan Bersisian"

Posting Komentar

Sabtu, 01 Februari 2014

Tentang Orang yang Berjalan Bersisian

Aku bertemu kamu di persimpangan jalan kehidupan. Awalnya aku merasa biasa saja karena aku sudah cukup terbiasa bertemu orang baru dan berkenalan. Tidak ada yang menarik pada awalnya. Kamu sama seperti yang lainnya, ramah di awal di hadapan semua wanita.
Setelah berbicara dan bertukar informasi mengenai pribadi masing-masing ala kadarnya, kita akhirnya tau tujuan kita sama. Dihadapan kita terhampar ratusan jalan yang berbeda namun tetap berujung di satu titik yang sama. Saat itu aku yang sangat apatis terhadap orang lain tidak memperdulikan jalan mana yang akan kau ambil. Persetan dengan orang lain, aku tidak peduli. Yang aku perdulikan hanyalah jalan yang kutempuh demi satu tujuan.
Aku meninggalkanmu di belakang dan memilih kembali melanjutkan perjalananku sendirian tanpa menoleh ke belakang. Bagiku, tujuan hidupku adalah apa yang terbentang di depanku, dan apa yang ada di belakangku hanyalah sesuatu yang tidak perlu aku kaji ulang karena hanya akan menghambat langkahku.
Di tengah perjalananku ternyata aku kembali bertemu kamu. Tidak ku sangka bahwa kau akan mengambil jalan yang sama. Di jalur ini kau tidak akan pernah bisa berhenti dan berputar arah kembali ke belakang. Karena itulah sebenarnya aku memilih jalur ini. Jalur ini tidak banyak memberi pilihan namun apa yang ia sediakan hanyalah ketegasan. Aku tak menyangka kau akan memilih jalur ini juga, karena tidak banyak orang yang suka untuk tidak diberi kebebasan memilih banyak pilihan.
Dari pertemuan ke dua ini aku tergelitik untuk mengetahui lebih banyak tentangmu. Kita mulai bercengkrama berkenalan lebih jauh. Saling menggali informasi tentang diri masing-masing. Alangkah terkejutnya aku begitu menemukan begitu persamaan di antara kepribadian kita, cara berpikir, dan bagaimana kita bereaksi terhadap sesuatu. Perjalanan ini terasa menyenangkan karena aku bertemu sosok yantg dapat aku mengerti dan mengerti aku semudah memahami diri sendiri.
Lama kelamaan perjalanan ini terasa jauh lebih menarik. Kita bisa tertawa bersama atas lelucon yang mungkin hanya kita berdua yang mengerti, kita bisa punya pandangan yang sama walau aku yakin orang akan menganggapnnya 'nyentrik', kitapun punya minpi yang sama, yang orang-orang pikir sia-sia dan tidak akan pernah mungkin tercapai. Kita berbahagia di atas semua pemikiran miring orang-orang. Menurut mereka kita ini gila dan tidak masuk akal, menurut kita mereka hanyalah orang-orang yang tidak berani mengekspresikan dirinya dan terkekang dalam pola pikir yang membosankan.
Waktu berlalu lebih cepat dari apa yang kita bayangkan. Perjalanan ini tak kunjung menemukan ujungnya yang menandakan semuanya masih jauh untuk mencapai tujuan. Sementara kita berdua sudah mulai merasa bosan karena tidak bisa menemukan hal baru untuk dipelajari. Kita juga sudah mati kebosanan dengan diri masing-masing. Kita mulai menyangsikan apakah kita masih sanggup untuk tetap melaju ke depan mencapai tujuan berdua? Sekarang setiap lelucon yang terlontar hanyalah kehampaan dan setiap derai tawa yang terurai hanyalah kebisuan. Aku rasanya sudah tidak sanggup.
Kali ini aku berpikir apa yang mesti ku perbuat. Haruskah aku melanjutkan perjalanan ini bersamanya meski aku harus berjuang mati-matian melawan kehampaan? Ataukah aku harus berhenti sejenak melawan arus yang jalur ini haramkan kemudian membiarkannya berjalan duluan dan meninggalkanku di belakang di mana artinya ia tak akan perbah bisa melihatku lagi?
Aku terkekang dalam kebimbangan. Beginikah rasanya memilih di antara pilihan yang sama sekali tidak bisa dipilih?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

♥ Diary Online ♥ Copyright 2011 My Sweet Blog kage Designed by Templates By Blogger Styles | Blogger Image by Tadpole's Notez