Percuma, Untuk Apa, Tidak Peka

Diposting oleh Unknown di Kamis, September 26, 2013


Ada hari ketika kamu sudah lelah menahan semuanya, menahan keinginan untuk mengungkap harapan, menekan ego yang melambung tak terelakkan. Banyak sekali yang ingin diutarakan; rindu, ingin disayang, ingin disanjung, tetapi kemudian stok 'turunin gengsi' yang kamu punya sudah habis. Seluruhnya.

Ada hari ketika akhirnya memutuskan untuk berhenti meminta, pun mengharap. Lalu bergegas menghentikan laju keinginan yang ada. Percuma, untuk apa, tidak peka. Dan kemudian tersadar, mau sampai kapan mati-matian 'nurunin gengsi' demi mendapatkan sesuatu yang seharusnya tak perlu diminta. Untuk apa bela-belain mengatakan semua yang dirasa, itu hanya mengurangi harga diri yang dipunya. Percuma, untuk apa, tidak peka.

Ada hari dimana hati terlalu sesak karena emosi, sehingga bukan lagi oksigen yang dihirup, melainkan kecewa. Hati, yang entah terbuat dari apa, bisa begitu hebat meredam rasa sakit lalu berpura-pura semua baik saja. Padahal sebenarnya begitu banyak menyimpan luka dan kecewa. Hati tak sepantasnya dihukum seperti terdakwa. Hingga sadar sudah terlalu lama merelakan hati tertusuk duri yang dibuat sendiri. Sekarang tidak perlu lagi menguat-nguatkan hati.

Ada hari ketika permohonan maaf tidaklah berkenan di hati, sama sekali. Percuma, untuk apa, tidak peka. Terlalu pandai merangkai maaf, tapi tak cukup pintar memperbaiki. Yang ada malah berusaha membuat janji palsu baru, kemudian mengingkarinya (lagi). Percuma, untuk apa, tidak peka.

Ada hari ketika tidak tahu lagi harus berbuat apa, mengatakan apa, dan yang bersisa hanya... hampa.

0 komentar on "Percuma, Untuk Apa, Tidak Peka "

Posting Komentar

Kamis, 26 September 2013

Percuma, Untuk Apa, Tidak Peka



Ada hari ketika kamu sudah lelah menahan semuanya, menahan keinginan untuk mengungkap harapan, menekan ego yang melambung tak terelakkan. Banyak sekali yang ingin diutarakan; rindu, ingin disayang, ingin disanjung, tetapi kemudian stok 'turunin gengsi' yang kamu punya sudah habis. Seluruhnya.

Ada hari ketika akhirnya memutuskan untuk berhenti meminta, pun mengharap. Lalu bergegas menghentikan laju keinginan yang ada. Percuma, untuk apa, tidak peka. Dan kemudian tersadar, mau sampai kapan mati-matian 'nurunin gengsi' demi mendapatkan sesuatu yang seharusnya tak perlu diminta. Untuk apa bela-belain mengatakan semua yang dirasa, itu hanya mengurangi harga diri yang dipunya. Percuma, untuk apa, tidak peka.

Ada hari dimana hati terlalu sesak karena emosi, sehingga bukan lagi oksigen yang dihirup, melainkan kecewa. Hati, yang entah terbuat dari apa, bisa begitu hebat meredam rasa sakit lalu berpura-pura semua baik saja. Padahal sebenarnya begitu banyak menyimpan luka dan kecewa. Hati tak sepantasnya dihukum seperti terdakwa. Hingga sadar sudah terlalu lama merelakan hati tertusuk duri yang dibuat sendiri. Sekarang tidak perlu lagi menguat-nguatkan hati.

Ada hari ketika permohonan maaf tidaklah berkenan di hati, sama sekali. Percuma, untuk apa, tidak peka. Terlalu pandai merangkai maaf, tapi tak cukup pintar memperbaiki. Yang ada malah berusaha membuat janji palsu baru, kemudian mengingkarinya (lagi). Percuma, untuk apa, tidak peka.

Ada hari ketika tidak tahu lagi harus berbuat apa, mengatakan apa, dan yang bersisa hanya... hampa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

♥ Diary Online ♥ Copyright 2011 My Sweet Blog kage Designed by Templates By Blogger Styles | Blogger Image by Tadpole's Notez