Dari Mana Saja Kau

Diposting oleh Unknown di Senin, Juni 17, 2013
Ku membalikkan pandang. Jauh disana aku melihatmu mengejarku dengan langkah kaki yang tersedat-sedat. Ku mengernyitkan keningku. Apa yang sebenarnya terjadi? Kau berlari ke arahku? Mustahil itu bagiku.
            Semakin ku tak mengerti semua ini semakin ku pacu langkahku menuju sebuah arah yang tak pasti. Tak ku lihat lagi kau yang menyeruakkan namaku. Sejak kapan kau seperti itu? Bukankah kau selalu menutup matamu untuk hanya sekedar membalas sapaku. Bukankah kau selalu menutup telingamu untuk hanya sekedar mendengar salamku. Apa itu tak cukup untuk di predikatkan sebagai pendustaan atas perasaan yang tak dapat di jujurkan ini.

            Memang kau tak pernah mendengar laporanku atas rasa ini kepadamu, tapi tidakkah kau sedikit merasakan kecanggungan sikapku terhadap kita. Apa yang sebenarnya kau maksudkan atas semua ini? Belum jugakah kau merasa aku yang selama ini merangkak tertatih-tatih menuju hatimu? Aku tak pernah bisa menyikapi rasa ini. Karena aku bukan pujangga atau pengobral cinta. Aku seseorang yang ingin memahami perasaanku sendiri. Perasaan yang menyiksa ku. Perasaan yang selalu berusaha membunuh hatiku. Perasaan yang membuatku bahagia sewaktu aroma cinta menyerbak keseluruh ruangan dalam hati dan jiwa.
            Entah ada angin apa kau mengikutiku. Ku tak tau. kau yang dulu mampu menghentikan aliran darahku seketika, kini tidak terpana sedikitpun ketika jarak kita tak lebih dari langkah kakimu. Terserah padamu, kini aku tak terlalu disibukkan lagi dengan segala perasaan yang menyita waktuku dengan sia-sia. Bukan salahku jika kau menyesali ini dan menginginkannya tak pernah terjadi. Bukankah seperti ini yang kau harapkan sejak dulu. Aku tau, aku tau!! Kau selalu meneriakkan itu dengan lantang dan jelas di depan mataku yang tak berkedip sekalipun dihadapmu layaknya orang bodoh.. ya, kau yang membodohkan aku dan menutup akal sehatku dimasa itu.

            Ayolah! Aku tak bermaksud menyiksamu, hanya saja aku tak mengerti dengan tingkahmu yang seperti ini.
            Aku hanya tak ingin mengenalmu lagi. Kau yang dulu ku mau dan kau yang menjadi momok bagiku sekarang ini. Inilah buah dari sesuatu yang telah kau lakukan padaku. Tak perlu kau tangisi aku karena kau tidaklah lagi purnama penerang jalan dan pembangkit semangat bagiku. Semua telah kau padamkan tanpa ku inginkan.
            Sudahlah! Hentikan langkahmu. Janganlah berharap! Aku tidak akan menengok dan membuka lebar pelukanku untukmu selebar dan sehangat dekapan mentari. Sekuat apa kau mengejarku takkan lagi ku hentikan kakiku untuk berjalan menjauh darimu. Sayang sekali, aku tak ingin mendekat meski kau menjauh. Jujur saja aku membutuhkanmu. Hingga sekarang hatiku terpaku olehmu. Karena rasa yang terlanjur tertitip padamu.
Menghilanglah dari kehidupanku dan menjauhlah sejauh kau mau. Benci ini sudah meracuniku. Benci yang sebenarnya kau ciptakan sendiri.
            Semua berlalu, sekarang aku bukan yang dulu. Kau sudah membentukku menjadi diriku yang baru. Inilah didikkan mu yang memaksaku untuk menganggap buruk semua tentangmu. Ya, aku terpaksa atas dirimu.
            Cari tahulah apa arti semua ini. Apa arti sikapku terhadapmu. Apa arti benciku padamu. Kau tau tanpa kau meminta penjelasan dariku.
            Teriakkan padaku setelah kau temukan jawaban yang kau butuhkan.

”MAAF”
Hahahaha... apa maksudmu!!! ”kau terlambat”

0 komentar on "Dari Mana Saja Kau"

Posting Komentar

Senin, 17 Juni 2013

Dari Mana Saja Kau

Ku membalikkan pandang. Jauh disana aku melihatmu mengejarku dengan langkah kaki yang tersedat-sedat. Ku mengernyitkan keningku. Apa yang sebenarnya terjadi? Kau berlari ke arahku? Mustahil itu bagiku.
            Semakin ku tak mengerti semua ini semakin ku pacu langkahku menuju sebuah arah yang tak pasti. Tak ku lihat lagi kau yang menyeruakkan namaku. Sejak kapan kau seperti itu? Bukankah kau selalu menutup matamu untuk hanya sekedar membalas sapaku. Bukankah kau selalu menutup telingamu untuk hanya sekedar mendengar salamku. Apa itu tak cukup untuk di predikatkan sebagai pendustaan atas perasaan yang tak dapat di jujurkan ini.

            Memang kau tak pernah mendengar laporanku atas rasa ini kepadamu, tapi tidakkah kau sedikit merasakan kecanggungan sikapku terhadap kita. Apa yang sebenarnya kau maksudkan atas semua ini? Belum jugakah kau merasa aku yang selama ini merangkak tertatih-tatih menuju hatimu? Aku tak pernah bisa menyikapi rasa ini. Karena aku bukan pujangga atau pengobral cinta. Aku seseorang yang ingin memahami perasaanku sendiri. Perasaan yang menyiksa ku. Perasaan yang selalu berusaha membunuh hatiku. Perasaan yang membuatku bahagia sewaktu aroma cinta menyerbak keseluruh ruangan dalam hati dan jiwa.
            Entah ada angin apa kau mengikutiku. Ku tak tau. kau yang dulu mampu menghentikan aliran darahku seketika, kini tidak terpana sedikitpun ketika jarak kita tak lebih dari langkah kakimu. Terserah padamu, kini aku tak terlalu disibukkan lagi dengan segala perasaan yang menyita waktuku dengan sia-sia. Bukan salahku jika kau menyesali ini dan menginginkannya tak pernah terjadi. Bukankah seperti ini yang kau harapkan sejak dulu. Aku tau, aku tau!! Kau selalu meneriakkan itu dengan lantang dan jelas di depan mataku yang tak berkedip sekalipun dihadapmu layaknya orang bodoh.. ya, kau yang membodohkan aku dan menutup akal sehatku dimasa itu.

            Ayolah! Aku tak bermaksud menyiksamu, hanya saja aku tak mengerti dengan tingkahmu yang seperti ini.
            Aku hanya tak ingin mengenalmu lagi. Kau yang dulu ku mau dan kau yang menjadi momok bagiku sekarang ini. Inilah buah dari sesuatu yang telah kau lakukan padaku. Tak perlu kau tangisi aku karena kau tidaklah lagi purnama penerang jalan dan pembangkit semangat bagiku. Semua telah kau padamkan tanpa ku inginkan.
            Sudahlah! Hentikan langkahmu. Janganlah berharap! Aku tidak akan menengok dan membuka lebar pelukanku untukmu selebar dan sehangat dekapan mentari. Sekuat apa kau mengejarku takkan lagi ku hentikan kakiku untuk berjalan menjauh darimu. Sayang sekali, aku tak ingin mendekat meski kau menjauh. Jujur saja aku membutuhkanmu. Hingga sekarang hatiku terpaku olehmu. Karena rasa yang terlanjur tertitip padamu.
Menghilanglah dari kehidupanku dan menjauhlah sejauh kau mau. Benci ini sudah meracuniku. Benci yang sebenarnya kau ciptakan sendiri.
            Semua berlalu, sekarang aku bukan yang dulu. Kau sudah membentukku menjadi diriku yang baru. Inilah didikkan mu yang memaksaku untuk menganggap buruk semua tentangmu. Ya, aku terpaksa atas dirimu.
            Cari tahulah apa arti semua ini. Apa arti sikapku terhadapmu. Apa arti benciku padamu. Kau tau tanpa kau meminta penjelasan dariku.
            Teriakkan padaku setelah kau temukan jawaban yang kau butuhkan.

”MAAF”
Hahahaha... apa maksudmu!!! ”kau terlambat”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

♥ Diary Online ♥ Copyright 2011 My Sweet Blog kage Designed by Templates By Blogger Styles | Blogger Image by Tadpole's Notez