Semakin ku tak mengerti semua ini semakin ku pacu langkahku menuju
sebuah arah yang tak pasti. Tak ku lihat lagi kau yang menyeruakkan
namaku. Sejak kapan kau seperti itu? Bukankah kau selalu menutup matamu
untuk hanya sekedar membalas sapaku. Bukankah kau selalu menutup
telingamu untuk hanya sekedar mendengar salamku. Apa itu tak cukup untuk
di predikatkan sebagai pendustaan atas perasaan yang tak dapat di
jujurkan ini.
Memang kau tak pernah mendengar laporanku atas rasa ini kepadamu, tapi
tidakkah kau sedikit merasakan kecanggungan sikapku terhadap kita. Apa
yang sebenarnya kau maksudkan atas semua ini? Belum jugakah kau merasa
aku yang selama ini merangkak tertatih-tatih menuju hatimu? Aku tak
pernah bisa menyikapi rasa ini. Karena aku bukan pujangga atau pengobral
cinta. Aku seseorang yang ingin memahami perasaanku sendiri. Perasaan
yang menyiksa ku. Perasaan yang selalu berusaha membunuh hatiku.
Perasaan yang membuatku bahagia sewaktu aroma cinta menyerbak keseluruh
ruangan dalam hati dan jiwa.
Entah ada angin apa kau mengikutiku. Ku tak tau. kau yang dulu mampu
menghentikan aliran darahku seketika, kini tidak terpana sedikitpun
ketika jarak kita tak lebih dari langkah kakimu. Terserah padamu, kini
aku tak terlalu disibukkan lagi dengan segala perasaan yang menyita
waktuku dengan sia-sia. Bukan salahku jika kau menyesali ini dan
menginginkannya tak pernah terjadi. Bukankah seperti ini yang kau
harapkan sejak dulu. Aku tau, aku tau!! Kau selalu meneriakkan itu
dengan lantang dan jelas di depan mataku yang tak berkedip sekalipun
dihadapmu layaknya orang bodoh.. ya, kau yang membodohkan aku dan
menutup akal sehatku dimasa itu.
Ayolah! Aku tak bermaksud menyiksamu, hanya saja aku tak mengerti dengan tingkahmu yang seperti ini.
Aku hanya tak ingin mengenalmu lagi. Kau yang dulu ku mau dan kau yang
menjadi momok bagiku sekarang ini. Inilah buah dari sesuatu yang telah
kau lakukan padaku. Tak perlu kau tangisi aku karena kau tidaklah lagi
purnama penerang jalan dan pembangkit semangat bagiku. Semua telah kau
padamkan tanpa ku inginkan.
Sudahlah! Hentikan langkahmu. Janganlah berharap! Aku tidak akan
menengok dan membuka lebar pelukanku untukmu selebar dan sehangat
dekapan mentari. Sekuat apa kau mengejarku takkan lagi ku hentikan
kakiku untuk berjalan menjauh darimu. Sayang sekali, aku tak ingin
mendekat meski kau menjauh. Jujur saja aku membutuhkanmu. Hingga
sekarang hatiku terpaku olehmu. Karena rasa yang terlanjur tertitip
padamu.
Menghilanglah
dari kehidupanku dan menjauhlah sejauh kau mau. Benci ini sudah
meracuniku. Benci yang sebenarnya kau ciptakan sendiri.
Semua berlalu, sekarang aku bukan yang dulu. Kau sudah membentukku
menjadi diriku yang baru. Inilah didikkan mu yang memaksaku untuk
menganggap buruk semua tentangmu. Ya, aku terpaksa atas dirimu.
Cari tahulah apa arti semua ini. Apa arti sikapku terhadapmu. Apa arti
benciku padamu. Kau tau tanpa kau meminta penjelasan dariku.
Teriakkan padaku setelah kau temukan jawaban yang kau butuhkan.
”MAAF”
Hahahaha... apa maksudmu!!! ”kau terlambat”
0 komentar on "Dari Mana Saja Kau"
Posting Komentar